Suatu sore saya pernah pergi sendirian
kegunung dan pada saat itu, saya mengambil sebuah rute yang belum
pernah saya lalui. Alhasil saya menemukan sebuah pegunungan (baca :
bukit) yang disulap dijadikan ladang-ladang tanaman tembakau.
Hebatnya tanah yang luas itu dimiliki oleh sebuah perusahaan rokok
ternama .
Kesedihan saya makin menjadi -jadi
ketika melihat banyak pohon besar ditumbangkan sebagai tumbal
program tanam tembakau mereka. Saya tidak berpikir terlalu mendalam
tentang hal itu.bagaimana tanah yang sangat luas bisa dibeli. Saya
tidak heran karena inilah wajah Indonesia sekarang. Sebuah pepatah
jawa mengatakan bahwa : 'asu gedhe sero jegok e ',bahwa
siapa saja yang bermodal besar ia dapat berbuat apa saja.Kapitalisme
murni sudah diluncurkan oleh pengelola negeri ini .Siapa bermodal
maka dialah yang berkuasa. Para founder Father tidak merancang
negeri ini untuk jadi negeri Kapitalis. Beliau-beliau membangun
negeri ini berasaskan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kenyataannya?
Sore itu saya menyempatkan diri untuk
minum kopi. Disebuah warung yang ada di kaki bukit gundul itu.Seorang
ibu setengah baya membuka warung nasi untuk melayani para kuli yang
bekerja meratakan bukit tersebut untuk dijadikan teras siring, media
penanaman si daun emas. Kopi yang dibuat di warung manapun di Jawa
Timur selalu khas, pasti selalu kemanisan , padahal saya
selalu bilang kopi hitam pahit! Berteman pisang goreng yang barusan
diangkat dari wajan. saya tuangkan kopi dalam tatakan. Dengan kedua
tangan saya sruput kopi tersebut perlahan.Aroma kopi
yang kental juga saya hirup.Itulah moment yang paling saya sukai
ketika meminum secangkir kopi. Dalam keadaan ini saya selalu
membayangkan diri saya sebagai seorang samurai yang sedang melakukan
prosesi tea ceremony.
Disamping saya seorang bapak tua
memakai batik kotak-kotak. Ia datang setelah seruputan kopi pertama
saya. Kami pun terlibat obrolan tentang ini itu. Dari harga pokok
untuk bertani yang mahal sampai anak nya yang bekerja salah satu
pabrik di Pandaan. Satu hal yang menarik dari obrolan kami adalah
fenomena makin banyaknya generasi muda yang tidak mau mencangkul
sawah ladangnya. Harga hasil tani yang kurang menarik membuat
generasi muda memilih menjadi buruh pabrik yang banyak bertebaran
disekitar Pandaan. Sawah ladang yang tak tergarap akhirnya terjual ke
para tuan tanah. Hasil jualan tanah di belanjakan untuk kebutuhan
prestis dan konsumtif.Seperti beli mobil,Sepeda montor dan naik haji.
Sayapun mengangguk-angguk mencoba untuk mengerti.
Robin Sharma membuat sebuah idiom yang
juga sebagai nama judul buku bestsellernya “THE MONK WHO SOLD
HIS FERRARI”. Idiom
Robin Sharma itu bukanlah sebuah perlawanan terhadap kehidupan
materialisme,akan tetapi sebuah pesan yang coba disisipkan dari
kalimat 'the monk who sold his ferrari “ adalah : INGATLAH
APA YANG PALING PENTING DALAM MENCAPAI KEHIDUPAN YANG BAIK”.Robin
Sharma lebih lanjut menjelaskan dalam bukunya “THE
GREATNESS GUIDE” ;Mengendarai
BMW,mengenakan pakaian bermerek Prada , tinggal dihotel Four
Seasons,mengumpulkan berton-ton uang tidaklah masalah,jika membuat
anda bahagia...(The Greatness Guide,Robin S. Sharma ,2006
,HarperCollins PublishersLtd,Toronto ,Canada)
Hidup ini memang penuh dengan kesenangan materi akan tetapi jangan
lupa kesenangan mendasar yang indah dan perlu dinikmati sepanjang
perjalanan hidup kita. misalnya : berinteraksi dengan orang baru,
bertemu sahabat-sahabat lama, totalitas berkarya dalam apa saja
,mengekplorasi alam dan kemegahan budaya leluhur,melihat matahari
tenggelam ataupun terbit, menikmati indahnya bulan purnama,
kelap-kelip beribu kunang-kunang dihamparan tanaman padi di sawah.
Semuanya yang saya sebut diatas adalah hal-hal sensasional sebagai
pengisi jiwa (bagi saya).
Dari apa yang saya rasakan kesenangan tersebut adalah sebuah hal yang
sederhana. Dalam sebuah kalimat sederhana bahasa Jawa tertulis dan
terbodir dalam tulisan honocoroko di kaos polo saya; “OPO
ANANE,OPO OPO ONO “ Kalimat itu jika diartikan secara
sederhana adalah kalau kita mau bersyukur,menerima segala apa rejeki
dari Tuhan. Menerima dengan penuh keikhlasan.(OPO ANANE). Maka
kita memiliki semua, apapun pasti tersedia. Dan disediakan oleh
Tuhan(OPO-OPO ANA).Perlu diingat:
“Beberapa kesenangan terbaik dalam hidup adalah hal-hal yang
sederhana. Perkaya kehidupan Anda dengan lebih banyak hal sederhana
dan Anda akan merasa bahagia”(Robin Sharma,The Greatness Guide
,1996). Mulailah hidup dengan memanen kebahagian dari
sekarang, dimulai dari bangun tidur di pagi hari, merasakan
sepoi-sepoi udara segar pagi. Katanya Kebahagiaan tidak harus punya
Ferrari, tetapi jika harus bermobil Ferrari dan berbahagia,Siapa
takut?
Oleh e.rahmawan untuk jurnal
kecil Rawont,Surabaya 201 3.