Rabu, 02 November 2011

mass transport kelas "Jancook" (Sebuah Autokritik)







Hampir 5 menit menunggu...akhirnya ia bisa naik bis antar kota.walo berdesakkan iapun tetap naik juga.bis non ac.tempat segala campur bawur berkumpul.dari asongan pengamen,penjual lem sampai orang berkopiah yang minta sumbangan yang katanya untuk pesantren ini itu.
seperti bandrolnya non ac.adalah bis yang bebas untuk merokok bagi perokok.jangan kaget walaupun ada larangan merokok di tempat umum oleh pemerintah dan haram hukumnya merokok ditempat umum oleh MUI,merokok dalam bis non ac adalah sah dan halal hukumnya.sudah jadi legenda,slogan pemerintah itu pasti anget2 tai ayam.siapa yang nggak tahu klo sebagian besar pajak untuk pembangunan di sumbang oleh cukai rokok dan tembakau.dan yang beli rokok kebanyakan orang2 menengah kebawah.paling banyak bahkan dari kalangan kelas kere seperti ia.bosnya pernah bertanya pada nya :"....,kamu cobalah hitung.sehari kamu merokok habis 1 pack rokok. 1 pack kira kira 9ribu.9ribu kali 30 sama dengan 270 ribu.270 ribu kali 12 sama dengan 3 juta 240 ribu.kamu sudah ngrokok berapa tahun ? okelah kita buat 10 tahun..cobalah kamu hitung.itu sudah bisa untuk beli mobil din..""jancook3 " gerutunya.kepalanya pusing memikirkan angka angka itu.teringat tetangganya yang keja di perusahaan rokok yang setiap tahun selalu bisa gonta ganti mobil baru,merenovasi rumahnya kearah atas.....pikiran2 aneh selalu berseliweran di otaknya.pertanyaan-pertanyaan ekstrim memenuhi dinding otak dan batinnya."sampai kapan ia harus bekerja seperti ini ? " "apa iya ia harus menyekolahkan anaknya di sekolah biasa-biasa saja ? " di sekolah yanng mengandalkan dana BOS ?sementara sudah jadi rahasia umum banyak sekolah negeri berlomba-lomba ingin menjadi sekolah berbasis internasional yang tentunya tidak ada dana bos nya.dan itukan celah untuk cari obyekan para guru setelah pemerintah melarang ngobyek disekolahan..?bis non ac yang ditumpangi bergerak cepat.kadang mengerem mendadak.minta ampun perut nya seperti dikocok.padahal pagi tadi ia belum sempat mengisinya dengan apapun... suara sumbang pengamen kecil itu mengingatkan pada nasibnya.nasibnya sama dengan pengamen itu mengemis pada orang orang yang berduit.lihatlah dijalanan. dijalan ini siapa yang mengendarai mobil mobil bagus itu?orang yang berduit.kulitnya putih senyum tipis,mata sipit.....ah rasis banget kamu!matahari sudah setinggi kaca cendela bis.sinar terangnya menembus kaca film bis yang sudah mulai pudar warnanya.mata nya ketap ketip menahan silau dan pedih karena kurang tidur.jam sudah menunjukkan 7 lebih 45.dan ia masih di bis ini.rasa resahnya makin menjadi-jadi ketika bis yang ditumpangi sudah berhenti sejak 10 menit tadi...kalaupun ia keluar dari bis ini kemudian jalan kaki,ganti naik ojek,dan cari bis lagi... sudah tak ada uang untuk itu.boro boro naik ojek,beli sepotongtahu pun ia tidak berani..klo dilanggar ia bisa berangkat tapi tak bisa pulang ke anak bini......"jancook3 " tragis sekali memang nasib buruh seperti dia.ketika para pegawai negeri dapat kenaikan gaji atau gaji ke 13.semua bahan pokok juga ikut naik.orang lain yang naik, dia yang kena getahnya.kadang ia juga iri dengan para aparat negara.mereka sudah bergaji besar tapi masih juga dapat kortingan setengah harga kalo naik bis...kenapa tidak dia yang buruh atau petani atau nelayan atau orang orang kere kere itu ? jangan jangan ada kolusi konspirasi antara PO bis dengan para penguasa itu ? "ahh aku terlalu berfikiran buruk ..ngelanturrrr lagi .kebanyakan nonton film,kali ya?" (porong diatas Bis akdp akhir maret 2011)