Soemanto for President |
Sabtu, 26 Mei 2012
jangan lupa..
Bangsa Indonesia yang Asli .....
Pengantar dari Rawont, saya tidak bermaksud apa-apa menampilkan ini catatan. Tan Malaka melihat sejarah Indonesia dalam bingkai kacamatanya. TM juga melihat kultur budaya dari sisi sejarah,yang telah digali oleh beliau.dari perpustakaan ke perputakaan ketika melakukan pertapaan panjang di masa persembunyian,maupun masa beliau muncul.
Itulah kacamata beliau semasa itu...perkembangan kebudayaan,agama,semasa itu dari pikiran dan curahan batin seorang TAN MALAKA.
"ingat jangan isi cangkir anda penuh-penuh...luangkan sedikit untuk setetes pencerahan......."
Bangsa Indonesia yang Asli .....
oleh :Tan Malaka
Jaman dahulu, tatkala bangsa Indonesia didesak oleh bangsa Tinghoa dan hindu keluar negerinya, Hindia-Belakang, dan melarikan diri ke Nusantara Indonesia, mereka telah mempunyai peradaban yang tertentu. Pak tani di jaman itu menjelma menjadi bajak laut yang sangat buas dan ditakuti orang. Dengan vintas (semacam perahu) kecilnya mengedari seluruh kepulauan antara dua lautan yang besar, antara Amerika dam Afrika. Penduduk asli dari India dan oceania ditaklukannya. Rimba raja hingga puncak gunung dijadikan huma. Rumah-rumah yang bagus didirikannya, permainan dan pengetahuan dimajukannya. Tatkala bangsa Barat dan Timur menyembah kepada pedang Jengis Khan dan Timurleng serta lari ketakutan, waktu itu mereka bukan saja menentang, tetapi dapat pula mengundurkan laskar Mongolia. Bajak laut bernama Pakodato dari kerajaan Singha Phore di Semenanjung Tanah Melayu pada tahun 500 dapat menggeletarkan kerajaan Tiongkok dan Hindustan dengan angkatan armada serta pedangnya.
Pengaruh Hindu
Agaknya hawa tropika di lingkungan katulistiwa, yang terutama menyebabkan teknik kita tak maju. Hawa yang subur dan melemahkan itu serta ksedikitan penduduk menjadikan kaum tani yang senang hidupnya itu tinggal diam dan menerima, sedang kepulauan yang sangat banyak itu menarik hati penduduk di pantai-pantai, kepada perantauan dan pengalaman. Menurut riwayat dapat diketahui, sesudah dibawa pengaruh Hindu, kebudayaan mereka bertambah naik dan mereka mulai berkenalan dengan perampas. Kejadian ini sesudah bangsa kita bercampur darah dengan penjajah-penjajah bangsa Hindu. Kini terbayanglah dalam otak kita kejadian-kejadian yang dapat digambarkan oleh kekejaman-kekejaman itu, yang membangkitkan tenaga terpendam jadi dinamis. Bukan oleh percaturan hidup kita sendiri (melawan atau antara kelas-kelas) maka penguraian kita perihal teknik kebudayaan feodalistis seperti tersebut di atas, tetapi disebabkan pengaruh yang datang dari luar.
Bangsa yang lebih pintar itu mengajarkan pemerintahan negeri , teknik dan kebudayaan yang lebih sempurna. Penduduk pulau Jawa yang suka damai itu belum mempunyai pertentangan kelas dalam arti yang seluas-seluasnya, tidak memberi kesempatan kepada pengikut-pengikut agaama Hindu untuk mempertaruhkan pertentangan kepercayaan mereka, yakni Hiduisme yang aristokratis dan Budhisme yang lebih demokratis. Ketajaman pertentangan agama oleh masyarakat Jawa yang tidak mengenal kelas itu dapat ditariknya. Banyak sedikitnya semua filsafat Hindu diterima oleh penduduk pulau Jawa yang asli. Siwa, Wisnu dan dewa-dewa agama Budha yang dalam negeri asalnya satu dan lainnya bermusuhan serta berpisah-pisah hidup bersama di pulau Jawa dengan damainya.
Penduduk Jawa sekarang adalah “kristalisasi” dari bermacam-macam agama ketuhanan dan agama dewa-dewa (Animisme). Ia bukan seorang animis, bukan seorang Hindu, bukan seorang Budha, bukan seorang kristen dan bukan seorang Islam yang sejati.
Tetapi Indonesia menurut alam, dan Hindu-Arab dalam pikirannya. Di masa Empu Sedah, pengaruh bangsa Tionghoa makin lama bertambah besar.
Telah pada tempatnya bangsa Tionghoa itu seboleh-bolehnya mempergunakan bangsawan Jawa sebagai perkakas untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka.
Bila maksud ini tak berhasil dengan pengaruhnya itu, adakalanya dengan jalan revolusi mereka mencoba-coba merebut pemerintahan negeri. Tetapi supaya mereka dapat tetap memperoleh kemenangan mestilah mereka lebih kuat atau mendirikan satu kelas. Mereka haruslah menjadi anak negeri atau bercampur darah dengan bumiputera. Barulah mereka dapat menaklukkan raja dengan perantaraan kaum tani yang tidak senang itu. Karena bangsa tionghoa dalam hal sosial tetap tinggal dalam ketionghoaannya dan tak memperoleh pertolongan militer dari tanah air mereka, maka tak lamalah mereka sanggup mempertahankan kemenangan atas raja-raja Jawa itu.
Sudah tentu, penduduk bandar-bandar yang makin lama makin maju itu merasa beroleh rintangan dari kaum bangsawan di ibukota. Sebagaimana terjadi di negeri Eropah, penduduk bandar meminta hak politik dan ekonomi lebih banyak. Dari pertentangan antara pesisir dengan darat, perdagangan dengan pertanian, penduduk dengan pemerintahan timbullah satu revolusi yang membawa pulau Jawa ke puncak ekonomi dan pemerintahan.
Bila bandarnya mempunyai industri dan perdagangan nasional yang kuat, niscaya Jawa akan mengalami satu revolusi sosial yang dibangkitkan, dipecahkan dan dipimpin oleh tenaga-tenaga nasional seperti terjadi di Eropa Barat, jadi revolusi borjuis terhadap feodalis.
Tetapi Jawa sesungguhnya dikungkung oleh ramalan Empu Sedah: “orang asing akan memimpin”.
Seorang keturunan Hindu bernama Malik Ibrahim pada tahun 1419 dengan membawa agama yang belum dikenal orang di pulau Jawa datang di Gresik yang ketika itu penduduknya banyak orang asing. Dengan cepat ia memperoleh pengikut. Jadi boleh dikatakan kedatangannya ketika itu dengan membawa agama Islam bumiputera bagaikan beroleh “durian runtuh”, karena ketika itu sedang berapi-api pertentangan penduduk pesisir dengan ibukota.
Keadaan bertambah kusut, dan pada akhirnya sampai ke puncaknya, penyerangan terhadap raja-raja yang dipimpin oleh seorang Tionghoa-Jawa, bernama Raden Patah, sehingga perbuatannya (Raden Patah) menghancurkan kerajaan yang ada. Hal itu menunjukkan lagi bahwa, seorang asing dengan membawa faham baru (agama Islam) dan untuk mempertahankan kedudukan saudagar-saudagar asing di pesisir itu,berhasil menjatuhkan kerajaan bangsawan setengah Hindu. Kerajaan Demak berdiri dengan kemasyhurannya! Tetapi akhirnya terpecah-belah oleh perang saudara yang dinyala-nyalakan orang asing yang cerdik jahat.
Jipang bermusuhan dengan Pajang, Demak dengan Mataram. Semua perang saudara ini, besar atau kecil, untuk kepentingan bangsa asing, dalam waktu singkat berakhir dengan kemenangan seorang Tionghoa-Jawa bernama Mas Garendi.
Dengan datangnya kekuasaan Belanda lenyaplah segala sesuatu yang menyerupai kemerdekaan. Pengaruh bangsa asing dan percampuran darah dengan bangsa Asia lain-lain, menyebabkan gencetan yang sebuas-buasnya. Sekalian hak-hak ekonomi dan politik “ditelan” bangsa itu (Belanda) dengan kekerasan dan kecurangan seperti yang belum pernah dikenal oleh bangsa Indonesia! Pemerasan yang serendah-rendahnya (kebiadaban) serta kelaliman menjadi kebiasaan setiap hari!
Jika sekiranya pulau Jawa mempunyai borjuasi yang revolusioner dan Diponegoro dalam perjuangan melawan Mataram dan Kumpeni pastila ia akan berdiri di sisi borjuasi itu, niscaya dapatlah menciptakan satu perbuatan yang mulia dan tertentu. Tetapi itu tak ada, borjuasi yang berbau keislaman dalam lapangan ekonomi dihancurkan oleh kapital Belanda samasekali. Dalam kekecewaan yang hebat itu terhadap Mataram dan Kumpeni dapatlah ia mempersatukan diri di bawah pimpinan Kyai Mojo seorang ahli agama Islam yang fanatik dan bersemboyan “perang sabilillah”, bukan kebangsaan.
Membentang satu kesimpulan terhadap pemberontakan Diponegoro bukanlah satu pekerjaan yang sangat mudah. Karena ini sesungguhnya satu perjuangan kaum borjuasi Islam Jawa menentang kapital Barat yang disokong oleh satu kerajaan yang hampir tenggelam (Mataram).
Akibatnya sungguh terang. Tak ada seorang manusia kuasa yang bagaimana pintar sekalipun dapat menolong satu kelas yang lemah, baik teknik maupun ekonomi melawan satu kelas yang makin lama makin kuat.
Satu kelas baru mesti didirikan di Indonesia buat melawan imperialisme Barat yang modern.
Apakah kesimpulan dari riwayat-riwayat tersebut di atas? Pertama, bahwa riwayat kita ialah riwayat Hindu atau setengah Hindu, kedua bahwa perasaan sebagai kemegahan nasional jauh dari tempatnya, dan yang penghabisan, bahwa setiap pikiran yang menyangkakan pembangunan (renaissance) samalah artinya dengan menggali aritokratisme dan penjajahan bangsa Hindu dan setengah Hindu yang sudah terkubur itu.
Bangsa Indonesia yang sejati dari dulu dan sekarang masih tetap merupakan budak belian yang penurut, bulan-bulanan dari perampok-perampok bangsa asing. Kebangsaan Indonesia yang sejati tidak ada selain dari dengan maksud melepaskan bangsa Indonesia yang belum pernah merdeka itu.
Bangsa Indonesia yang sejati belum mempunyai riwayat sendiri selain dari perbudakan.Riwayat bangsa Indonesia baru dimulai, setelah mereka terlepas dari tindasan imperialis.....
sumber : Pokok-Pokok Ajaran Tan Malaka (Murbaisme) Biro Pendidikan Partai Murba (1960) . Bab II. Analisa Masyarakat, Tingkat dan Sifat Revolusi Indonesia....
Rabu, 23 Mei 2012
REXONA WARSINI DAN MARSINAH
2 Puisi ini aku persembahkan buat marsinah-marsinah disekitar kita...tak kenal lelah menyerah!
Yang jadi buruh,pelayan toko,SPG,di mal-mal,di paberik-paberik dijalanan dimana saja.
Mereka para Marsinah yang setia menjalani hidup,bersungguh-sungguh.untuk bertahan, terus melengguh,tanpa keluh....
Satu puisi buatanku,satu buatannya mas Wiji thukul......walo hari buruh sudah berlalu ....semuanya ini untuk mu..............
"MARSINAH, i lop yu ful!"
REXONA
ini hari kau kena shift dua,
pulang jam sepuluh ,
sampai dirumah jam dua belas.
Sepatu hak enam centian.
bikin punggung mintanya direbahkan.
dua belas jam berdiri
wajah harus gembira.
walo mata kaki lecet kegencet,
tetap senyum bergembira.
tak boleh sedih
walo banyak derita....
ada yang bisa saya bantu,
tuan dan nyonya?
kalo ada yang cerewet,
jangan menggerutu.
jika minta ini itu,
jawablah ya pak.ya bu.
itulah hari-harimu,
tak ada yang tahu.
dibalik gincu dan mascara mu
siapa yang mau tahu.....
ini hari kau kena shift dua,
pulang jam sepuluh,
sampai dirumah jam dua belas.
setelah mandi,
lelahnya masih terasa.
sebagai istri
harus setia setiap saat,
kayak iklannya REXONA.
kalau si bapak minta
itu surga.
tempatnya diantara paha
telah siap tersedia.......
@Rawont (Surabaya/22 Mei 2012)
Ayolah Warsini
Warsini !Warsini !
Apa kamu sudah pulang kerja Warsini
Apa kamu tak letih seharian berdiri di pabrik
Ini sudah malam Warsini
Apa celana dan kutangmu digeledah lagi
Karena majikanmu curiga kamu membawa bungkusan moto
Atau apakah kamu mampir di salon lagi
Berapa utangmu minggu ini
Apa kamu bingung hendak membagi gaji
Ayolah warsini
Kawan-kawan sudah datang
Kita sudah berkumpul lagi disini
Kita akan latihan drama lagi
Ayolah Warsini
Kamu nanti biar jadi mbok bodong
Si Joko biar menjadi rentenirnya
Jangan malu warsini
Jangan takut dikatakan kemayu
Kamu tak perlu minder dengan pekerjaanmu
Biar kamu Cuma buruh
Dan sd saja tak tamat
Ayolah Warsini
Mas Yanto juga tak sekolah Warsini
Iapun Cuma tukang plitur
Mami juga tak sekolah
Kerjanya mbordir sapu tangan di rumah
Wahyuni juga tidak sekolah
Bapaknya tak kuat bayar uang pangkal sma
Partini penjahit pakaian jadi
Di perusahaan milik tante Lili
Kita sama sama tak sekolah Warsini
Ayolah warsini
Ini sudah malam Warsini
Ini malam minggu warsini
Kami sudah menunggu di sini
@Wiji Thukul(Surakarta 9/1986)
Minggu, 20 Mei 2012
sedosin donat untuk anakku
Aku beli sedosin donat warna-warna. Merah,kuning,jingga,hijau,bertabur
kacang ,misis,keju juga coklat . Donat sedosin warna-warna sewarna hatiku, hari ini, anakku ulang tahun yang kesebelas.
Nak, ayah makan satu, donatmu agar jumlahnya sama dengan ulang tahun mu: SEBELAS! Di tahun yang
kesebelas ayah berharap ini hari terbaik untukmu...ayah makan donatmu satu, doa
ayah satu sehat selalu. Jangan repotkan ibu mu....
Kacamata coklat sepuluh ribuan,
aku kenakan. Agar tak ada yang tahu . Apa yang kusembunyikan. Nak ,hidup tak harus sesuai dengan harapan
mu. Tak ada yang pergi, karena ia selalu datang, ya ia selalu datang. Apakah
disetiap permainan engkau harus jadi pemenang? Pemenang adalah ia yang berhasil
bertahan hingga akhir itu datang.
Nak, jika sempat lihatlah langit violet itu. Apakah senja itu akhir nak
? Bukan nak,senja itu awal bagi yang mengawali. Apakah malam itu temaram nak?
Tidak nak,malam hanya jeda sebelum datang pagi .
Apakah sedih itu tak bernyanyi ? Atau gembira itu harus tertawa,nak ?
Di usiamu yang KESEBELAS engkau tak harus bisa menjawab nak, biarlah
ayah dan ibumu menjawabnya....
Ingus dari hidung aku seka. Tissue putih seribu lima ratusan. Aku
bertahan, karena aku terus hidupi,
mengalir, mengalir teruslah mengalir..seperti ingus dan air mata. Dia datang
tetap datang.saat duka atau gembira.....
Nak ,hidup tak harus sesuai dengan harapan mu. Tak ada yang pergi,
karena ia selalu datang, ya ia akan selalu datang. Di hari bahagiamu ayah tak
ada. Sukma ayah terbang membayang ...selamat ulang tahun Nak.
It is your day, singing la la happy birthday.
As God says your wish just say.
Present is today, not yesterday.
And....
Tommorow still be a mysteri.
ya..a mysteri.
It is your day
happy birthday
spare one empty glass
for me
hope i can make it
Come here
To say:
“happpy birthday”
desember,13th,2011
in my perfect
day@rawont.
Langganan:
Postingan (Atom)