TITUS berkata : “sekarang
sudah jam setengah sembilan malam ...” bus ini masih menyusuri
lorong-lorong sebelum memasuki highway menuju suburbia tempat aku
bermukim.Sebagai pekerja aku adalah Urban. Urbanisasi aku lakukan
setiap hari. Mereka menyebutku”orang pinggiran cari makan
dikota”...
Menurutmu
apa yang memaksa aku serta orang-orang itu untuk melakukan
ini?Berbondong berdesakan merelakan waktunya terbuang 4 jam tiap
harinya ,kadang duduk jika beruntung,atau berdiri jika
terpaksa....Aku akan menjawabnya untukmu. Aku belum mampu beli
rumah ditengah kota ,gaji ku tak bersisa untuk bayar
angsurannya.Suburb ,pinggiran,perbatasan adalah jawabannya....Aku
memilih membuang waktuku 4 jam duduk didalam bus ini. Inilah apa yang
aku bisa genggam sekarang....ya saat ini.
...............................
Waktu yang diisi
keluh akan berisi keluh
Waktu yang berkeringat karena kerja akan melahirkan
Serdadu-serdadu kebijaksanaan
Biar perang meletus kapan saja
Itu bukan apa-apa
Masalah nomer satu adalah hari ini
Jangan mati sebelum dimampus takdir
Waktu yang berkeringat karena kerja akan melahirkan
Serdadu-serdadu kebijaksanaan
Biar perang meletus kapan saja
Itu bukan apa-apa
Masalah nomer satu adalah hari ini
Jangan mati sebelum dimampus takdir
(petikan puisi
“SUKMAKU MERDEKA"-WIJI THUKUL)
..........................
Hari
ini adalah hari Jum'at, hari istimewa .Bukan karena ini hari,ada
anjuran untuk”membunuh setan” di ranjang ,di rumah kita
masing-masing, dengan pasangan masing-masing,tak boleh dengan
pasangan tetangga sebelah...ehm...bukan itu !
Hari ini istimewa karena hari ini adalah Jum'at pertama setelah
gajian.Aku berkesepakatan dengan anakku,menjadikan hari Jum'at
sebagai “meeday”...world noodles day! Hari ini istimewa karena
aku membelikan “mee goreng tuaran” kesukaannya. Seperti aku ,dia
suka banyak sayur dengan kuah tak banyak tidak pula kering....ya
memang buah tak akan jauh dari pohonnya!
TITUS
berkata lagi: “sekarang sudah jam setengah sepuluh malam ...”
Bus berhenti di Halte pemberhetian biasanya....langkahku bergegas
menuju rumah .Sekiranya 15 menit aku berjalan.keringat menitik dari
dahi,leher,pungung dan ketiakku....
Anakku
sudah menunggu,dari balik tirai jendela kamar depan ia
mengintip,matanya yang lebar dan senyuman manisnya sudah tersedia
bersama dua gelas teh panas ketika aku membuka pintu. Sebagai orang
dewasa aku sudah bisa ,menebak apa yang ada dikepala makhluk kecil
manis itu..... kran air kuhidupkan gemricik memecahkan sunyi,aku
mandi...
....................................
sebelum datang
di ladang jagung
dirumput airnya
katak-katak masih
serempak,
telanjang bulat
mandi di sumber
katak-katak berhenti
sama sekali
saya mengganggu
kesunyian ?
saya merindukan
sunyi.
batin yang ramai
ditikam kanan kiri
inti suara sang
sunyi
(petikan puisi
"MANDI" wiji thukul)
....................................
,Kuhampiri si manis berambut setengah
ikal. Ia sudah menunggu lama,Teh ku masih utuh segelas ,tehnya
tinggal setengah...lapar katanya ,"Makan tuh meenya...keburu
dingin nanti tak enak..." kataku...
Kami
makan mee bersama,seperti biasa celotehnya bercerita apa yang
dialaminya ini hari tadi...sekolahnya,teman-teman menggangunya,
sampai pak guru yang menayakan tentang apa kerja mamanya.... aku jadi
tertawa sendiri setiap mengingat expresinya jika bercerita....ahhh si
pipi gembul ini satu-satunya hiburanku .Mee goreng Tuaran ludes habis
sudah....kamipun bercerita banyak tak habis-habisnya.sampai kantuk
memojokkan kami ke alam tilam.
Seperti
biasa sebelum tidur mulutnya melafalkan doa ,pengharapan dan
harapan-harapannya; agar selalu sehat,dimudahkan dalam belajar
matematika,jadi juara dan kebanggaan saudara
,orangtuanya.Disebelahnya aku melirik bangga.,”mama
..jika boleh,liburan ini saya ingin tamasya melihat museum
bahari,berkeliling kota dengan bus...boleh ya mama...” Akupun
mengangguk pelan,ia pun bersorak gembira “yeeee..terima
kasih mama.. ,selamat tidur mama...”
...............................
anjing
nyalak
lampuku
padam
aku
nelentang
sendirian
kepala
di bantal
pikiran
mengawang...
(“CATATAN
MALAM”wiji thukul)
.................................
Giring-giring berdenting dari speda
angin sekuriti. Tiang lisrik besi di pukul satu kali. Jacque
Martin di tangannya menunjukkan pukul satu dini hari. Rokok putih
terjepit di antara jari telunjuk dan tengah. Asapnya berbau sangit
menembus langit hitam di saluti halimun tipis. Apa yang di dalam alam
pikirannya tak seorangpun yang tahu, tak boleh ada yang
tahu.Tersimpan rapih seperti buku-buku nasibnya. Melihat diatas
langit ia pun berkomat-kamit berdoa untuk siapa? Tak seorang pun
tahu.
Sesekali terbatuk-batuk,tetap saja
ia hirup dalam-dalam asap itu. Kemudian di hembuskan perlahan sekali.
Ya perlahan sekali......
.........................................
pertemuan perpisahan,
kehilangan dan penemuan
pertemuan
perpisahan,pengalaman manik-manik mata
setelah kandas menyelam
di hatimu:bunga makna semi
jiwa mekar segar di
lubuk perenungan
(kerajaan penjara
bubar)
lepas bebas datang dan
pergilah
rasa sakit terentang
arti merdeka
(dari: 16 SEPTEMBER,
Wiji Thukul)
..........................................
Galau pada guratan nasib, memaksanya
untuk mencapai titik imbang kesadaran-kesabaran, menata-
menitinya,menerima -menjalaninya. Bagai menulis diatas pasir ia pun
tak tahu kapan akan terhapus,atau terbaca. Mungkin ia akan seperti
bunga berduri di pasir hitam pantai Parang Teritis. Menggelinding
kesana kemari tertiup semilir angin. Ia bukan menyerah, mencari
harmonisasi. Ia bukan kalah,engkau salah! Air kuat karena ia
berharmonisasi. Dari kencing hingga air minum kemasan ia berubah
bentuk juga rasa tetapi tetap ia adalah air.
..........................................
seorang lelaki kelana
di dunia batin
kembali tanya siapa
nama dirinya
mata angin mana
membimbing pulang
hanya kepadanya ia akan
menyerah
seorang lelaki kelana
di dunia batin
merambah gapura hakikat
ada dan tiada
menganga menguak tabir
nasib
melihat isi alam raya
dalam manusia
bebas dan merdeka
(puisi
:seorang lelaki kelana di dunia batin,Wiji Thukul)
..........................................
lelaki itu kembali berkomat-kamit
doanya menggema dilangit-langit tenggorokannya. Membumbung hingga
langit tinggi.
Dengan cara bahasanya ia memohon, pada Tuhan yang Maha Universal.
Sebisa ia mampu.....untuk istri-istrinya,untuk anak-anaknya. Di masa
lalu atau sekarang, di alam hayat atau baryah, titis atau
teritis, yang ber reinkarnasi sebagai apa saja atau apapun.
Rokok
putih pun dipadamkan,asap putih meliukpun hilang tinggal satu noktah
hitam arang di perut asbak! Dan Jacque
Martin
di tangannya menunjukkan pukul dua dini hari.....
@rawont
Mei 2011