Jumat, 25 Desember 2015

KESEBELAS





Wiswarupa Darsana Yoga

"kulihat Engkau dalam wujud tak terbatas di segala penjuru
dengan tangan, perut, muka, dan mata tak terhitung jumlahnya
tetapi aku tak melihat akhir, pertengahan, dan permulaan-Mu
O Tuhan, seru sekalian alam, O rupa alam semesta"



Adalah bab kesebelas dalam kitab Bhagawadgita. Bab ini terdiri dari 55 sloka. Dalam bahasa Sanskerta, viśvarūpa berarti wujud semesta. Dalam bab ini, Kresna menunjukkan wujudnya yang sebenarnya kepada Arjuna, setelah Arjuna diberikan penglihatan dewata. dalam bab ini dideskripsikan bahwa wujud semesta Kresna sangat luar biasa, agung, tak terbatas, memenuhi angkasa, dan cemerlang.
Bhagawadgita bab kesebelas ini   mendeskripsikan wujud semesta Kresna dengan berbagai tangan, perut, dan wajah yang tak terhitung jumlahnya. Dideskripsikan pula dengan mahkota, gada, dan atribut mewah lainnya yang tersebar di mana-mana. Wujud semesta Kresna juga dihiasi dengan taring-taring mengerikan. Para manusia berduyun-duyun memasuki mulut-Nya, dan yang tersangkut langsung remuk menjadi abu. Kresna menjelaskan bahwa ia juga adalah sang waktu, penghancur dunia. Ia turun ke dumi untuk memusnahkan para manusia yang jahat. Setelah menunjukkan wujud semestanya, Kresna kembali ke wujud manusia nya.....

***********
Bab XI

Visvarupa Darsana Yoga

Arjuna berkata:

Oleh rahasia tertinggi berupa wejangan yang berkenaan dengan sang Diri, yang telah Engkau berikan kepadaku atas anugerah-Mu, sekarang keragu-raguanku telah hilang.

Kelahiran dan kepunahan segala sesuatunya telah kudengar secara rinci dari-Mu, wahai yang bermatakan seperti bunga daun teratai (Krsna), demikian pula keagungan-Mu yang abadi.

Benarlah apa yang telah Engkau nyatakan tentang keberadaan diri-Mu, wahai Penguasa Tertinggi; tetapi aku berkeinginan untuk menyaksikan wujud Ilahi-Mu, wahai Purusottama (Krsna)

Wahai Prabhu (Krsna), bila Engkau berpendapat bahwa itu dapat aku saksikan, mohon perlihatkan kepadaku Sang Diri Abadi tersebut, wahai Yogesvara (Krsna)

Sri Bhagavan bersabda:

Saksikanlah kini wujud-Ku, wahai Partha (Arjuna), ratusan, ribuan, berbagai jenis gambaran Ilahi dengan berbagai ragam wujud dan warnanya.

Lihatlah para Aditya, Rudra, Asvin kembar dan juga para Marut, wahai Bharata (Arjuna), banyak keajaiban yang belum pernah terlihat sebelumnya.

Sekarang disini, lihatlah seluruh alam semesta, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak serta apapun yang ingin kamu saksikan, wahai Gudakesa (Arjuna), semuanya menyatu dalam diri-Ku

Tetapi engkau tak akan dapat menyaksikan Aku dengan mata manusiamu itu. Aku akan memberimu mata supra natural, lihatlah kekuasaan Ilahi-Ku

Sanjaya berkata:

Setelah berkata demikian, wahai sang Raja, Hari sebagai Yogesvara kemudian memperlihatkan Wujud Ilahi dan Tertinggi-Nya kepada Partha (Arjuna)

Dengan banyak mulut dan mata, dengan banyak visi luar biasa, banyak perhiasan ilahi serta senjata terhunus. Dengan mengenakan kalung rangkaian bunga dan pakaian surgawi, dengan wewangian dan minyak surgawi, yang semuanya gilang gemilang menakjubkan, tak terbatas, dengan muka menghadap ke segala arah.

Bila sinar ribuan matahari sekaligus bercahaya semarak di angkasa, itu mungkin menyerupai kesemarakan dari Perwujudan yang sangat agung tersebut.

Di sana Pandava (Arjuna) menyaksikan seluruh alam semesta dengan berbagai macam bagian yang dikumpulkan jadi satu pada badan dewanya para dewa

vishvarupa

Kemudian ia, Dhananjaya (Arjuna), yang tersentak perasaannya dengan rasa kagum dan bulu romanya berdiri, membungkukkan kepalanya kepada Yang Kuasa dengan tangan mencakup dalam bersembah, lalu berkata:

Arjuna berkata:

Dalam Wujud-Mu, wahai Tuhan, aku melihat seluruh dewa dan juga berbagai tingkat keberadaan, demikian pula Brahma sang pencipta yang duduk pada singgasana teratai dan semua orang bijak dan para naga surgawi.

Aku melihat-Mu dalam wujud tak terbatas pada segala sisi, dengan tangan, perut, muka dan mata yang tak terhitung banyaknya, tetapi aku tak melihat akhir, pertengahan, dan permulaan-Mu, wahai Penguasa Alam Semesta dengan Wujud Universal.

Aku melihat-Mu dengan mahkota, gada, cakram yang berkilau-kilauan di mana-mana bagaikan kilatan sinar yang sulit untuk membedakannya, yang gemerlapan pada semua sisi dengan pancaran nyala api dan matahari, yang tak ada bandingannya.

Engkau adalah Yang Abadi, Yang Tertinggi yang harus diwujudkan. Engkau adalah tumpuan akhir dari alam semesta dan Engkau adalah pengawal dharma yang kekal. Kupikir Engkau adalah Pribadi Tertinggi.

Aku memandang-Mu sebagai tanpa awal, pertengahan ataupun akhir, dengan kekuasaan tak terbatas, tangan yang tak terhitung banyaknya, dengan bulan dan matahari sebagai mata-Mu, dengan muka bagaikan nyala api, yang pancarannya membakar alam semesta ini.

Ruang antara surga dan bumi terliputi oleh-Mu saja, demikian pula seluruh penjuru semesta, wahai Mahatman (Krsna), ketika wujud-Mu yang menakutkan, menakjubkan itu terlihat, ketiga dunia ini gemetar ketakutan.

Di sana sekelompok besar para dewa memasuki-Mu dan beberapa kelompok lain dalam ketakutan dengan cakupan tangan memuja-Mu dan kumpulan para rsi serta para siddha menyerukan kata “svasti”, dan memuji-muji-Mu dengan kidung-kidung pujian.

Para Rudra, Aditya, Vasu, Sadhya, Visvedeva, Asvin kembar, Marut dan para Usmapa (roh leluhur) serta para Gandharva, Yaksa, Asura dan para Siddha, yang semuanya kagum memandang-Mu

Melihat wujud-Mu yang mahaagung dengan mulut dan mata yang banyak itu, wahai Mahabahu (Krsna), dengan banyak sekali lengan, paha dan kaki; dengan banyak perut ditambah dengan taring yang sangat mengerikan, seluruh alam semesta gemetaran, demikian pula Aku.

Ketika aku melihat-Mu yang menyentuh langit, yang cemerlang dengan berbagai warna, dengan mulut yang terbuka lebar dan mata lebar bersinar, hati kecilku gemetar ketakutan dan aku merasakan ketidakmantapan dan kedamaian, wahai Visnu.

Ketika aku melihat mulut-Mu yang mengerikan dengan taring-taringnya seperti kobaran api pralaya, aku kehilangan arah dan tak menemukan kedamaian. Wahai Penguasa para dewa, tempat berlindung segenap alam semesta, berbaik hatilah padaku.

Disini semua putraputra Dhrtarastra bersama-sama dengan para raja lainnya, demikian juga Bhisma, Drona dan Karna bersama dengan para panglima perang di pihak kami. Semuanya berduyun-duyun masuk ke dalam mulut-Mu yang menakutkan dengan taring-taring yang mengerikan. Beberapa orang tersangkut diantara gigi-gigi terlihat dengan kepalanya yang remuk jadi tepung.

Seperti arus sungai-sungai yang banjir mengalir menuju lautan, demikian pula para pahlawan dunia manusia ini berlomba-lomba masuk ke dalam mulut-Mu yang menyala berkobar-kobar.

Bagaikan kerumunan ngengat yang beterbangan masuk ke dalam kobaran api untuk musnah di sana, demikian juga manusia berlarian masuk ke dalam mulut-Mu dengan sangat kencangnya untuk kehancuran mereka sendiri.

Melahap seluruh alam semesta pada segala sisi dengan mulut-Mu yang menyala berkobar-kobar, Engkau menjilat semuanya. Sinar-Mu yang menggelora memenuhi segenap alam semesta dan membakarnya dengan kilauan cahaya yang dashyat, wahai Visnu (Krsna)

Beritahukanlah kepadaku siapakah yang berwujud menyeramkan ini. Aku bersujud kepada-Mu Dewata Agung, ampunilah aku. Aku ingin mengetahui Engkau, yang Maha Esa, karena aku tidak mengetahui kegiatan-Mu ini.

Sri Bhagavan bersabda:

Aku adalah waktu (kala), sebagai pemusnah alam dunia yang tumbuh menjadi masak dan terlibat di sini dalam memusnahkan dunia ini. Bahkan tanpa kegiatanmu, seluruh pasukan yang berdiri dalam formasi tempur ini akan musnah semuanya.

Oleh karena itu, bangkitlah engkau dan raihlah kemenangan. Taklukkan musuh-musuhmu dan nikmatilah kerajaan yang makmur sejahtera. Sebenarnya mereka semua telah Aku musnahkan; sedangkan engkau hanyalah alat belaka, wahai Savyasacin (Arjuna)

Bunuhlah Drona, Bhisma, Jayadratha, Karna dan para pahlawan agung lainnya, yang semuanya telah Aku musnahkan. Janganlah gentar; bertempurlah dan engkau harus menaklukkan musuh-musuh dalam peperangan ini.

Sanjaya berkata:

Setelah mendengar ucapan Kesawa (Krsna) seperti itu, Kiritin (Arjuna) dengan cakupan tangan dan gemetaran, kembali bersujud dan membungkukkan dirinya dengan sangat ketakutan mengucapkan suara tersendat gemetaran kepada Krsna:

Arjuna berkata:

Wahai Hrsikesa (Krsna), benarlah bahwa dunia merasa bergembira dan senang dalam memuliakan-Mu. Para Raksasa lari ketakutan ke segala arah dan semua kumpulan para siddha bersujud di hadapan-Mu, bersembah.

Dan mengapa mereka tidak memberi-Mu penghormatan, wahai Mahatma (Krsna), yang lebih agung dari pada Brahma, pencipta pertama? Wahai Keberadaan Takterbatas. Penguasa para dewa, tumpuan alam semesta; Engkau adalah abadi, keberadaan dan bukan keberadaan dan yang melampauinya.

Engkau adalah Pribadi Pertama, Yang Pertama dari para dewa, sebagai Tumpuan Alam Semesta yang Tertinggi. Engkau adalah yang mengetahui dan yang harus diketahui serta menjadi tujuan utama. Dan oleh-Mu jualah alam semesta ini diliputi, wahai Yang Berwujud Semesta

Engkau adalah Vayu (dewa angin), Yama (dewa kematian), Agni (dewa api), Varuna (dewa laut), dan Sasarika (bulan) dan Prajapati (leluhur semua mahluk). Bagi-Mu kuucapkan Svasti, svasti ribuan kali. Svasti, svasti berkali-kali

Sembah sujud di depan-Mu, di belakang-Mu, pada segala sisi-Mu; kekuasaan-Mu tak terbatas dan tak terukur kekuatan-Mu, wahai Semuanya ini. Engkau meliputi segalanya ini, sehingga Engkau adalah Semuanya ini.

Terhadap apapun yang telah kukatakan kepada-Mu dengan kasar, dengan berpikir bahwa Engkau adalah kawanku dan tak menyadari akan keagungan-Mu, wahai Krsna, wahai Yadava, wahai Kawan; semuanya berasal dari kealpaan dan mungkin karena keakraban saja. Dan apapun kekurangsopanan yang telah kulakukan pada-Mu dalam senda gurauan ketika bermain atau di tempat tidur, ketika duduk-duduk atau pada saat makan sendirian maupun bersama yang lainnya, aku memohon kepada-Mu, wahai Acyuta (Krsna), ampunan dan maaf yang tak terkira banyaknya.

Engkau adalah Bapak dari dunia yang bergerak maupun yang tak bergerak, Engkau adalah obyek pemujaan dan guru yang dimuliakan. Tak ada yang menyamai-Mu, sehingga mana mungkin ada yang lebih agung dari pada-Mu di ketiga dunia ini, wahai Engkau yang tak tertandingi.

Oleh karena itu, dengan membungkukkan badanku di hadapan-Mu, Yang Maha Mulia, aku mohon berkah-Mu. Ya Tuhan Engkau harus memandangku sebagai seorang ayah pada anaknya, sebagai seorang teman dengan teman, sebagai seorang kekasih dengan yang dikasihinya.

Aku telah menyaksikan apa yang sebelumnya belum pernah kusaksikan dan Aku merasa senang, tetapi hatiku gemetar ketakutan. Perlihatkan kepadaku wujud-Mu yang sebelumnya. Wahai Tuhan dan berbaik hatilah, wahai Penguasa para dewa dan Tumpuan Alam Semesta Raya ini.

Aku ingin menyaksikan-Mu semula, dengan mahkota, gada dan cakra di tangan; dalam wujud-Mu yang berlengan empat, wahai perwujudan semesta.

Sri Bhagavan bersabda.

Dengan anugerah dan melalui kekuasaan-Ku, wahai Arjuna, telah Kuperlihatkan kepadamu wujud tertinggi yang cemerlang, semesta tak terbatas dan paling utama, yang tak seorangpun pernah menyaksikannya, kecuali engkau sendiri.

Bukan dengan kitab suci Veda, pelaksanaan kurban, belajar, amal sedekah, upacara seremonial ataupun dengan melakukan tapah, Aku dapat dilihat di dunia manusia oleh siapapun juga kecuali engkau, wahai Kurupravira (Arjuna)

Semoga engkau tidak menjadi takut, maupun kebingungan dalam menyaksikan wujud-Ku yang menakutkan itu. Bebaskanlah dari rasa takut dan bersenang hatilah, lihatlah kembali wujud-Ku yang semula.

vishvarupa2

Sanjaya berkata:

Setelah berkata demikian kepada Arjuna, Vasudeva (Krsna) memperlihatkan kembali wujudnya yang semula. Sang Mahatma setelah kembali mengenakan wujud welas asih-Nya yang menenangkan ketakutan Arjuna.

Arjuna berkata:

Menyaksikan kembali wujud manusia-Mu yang lemah lembut, wahai Janardana (Krsna), aku kini telah menjadi tenang kembali seperti sebelumnya.

Sri Bhagavan bersabda:

Wujud-Ku itu yang sungguh-sungguh sulit untuk melihatnya, telah Engkau saksikan. Bahkan para dewa sekalipun senantiasa berharap untuk dapat menyaksikan wujud itu.

Dalam wujud yang telah engkau saksikan tadi. Aku tak dapat disaksikan baik melalui kitab suci Veda maupun melalui pelaksanaan tapa ataupun dengan amal sedekah atau upacara kurban.

Tetapi dengan pengabdian yang tak tergoyahkan kepada-Ku, wahai Arjuna, Aku dapat diketahui dan benar-benar dilihat dan juga diselami, wahai Paramtapa (Arjuna)

Ia yang bekerja untuk-Ku, ia yang memandang Aku sebagai tujuannya dan memuja-Ku, terbebas dari keterikatan, ia yang bebas dari kedengkian terhadap semua mahluk, ia akan sampai kepada-Ku, wahai Pandava (Arjuna)

Di sini berakhir bab XI, percakapan yang berjudul: VIsvarupa Darsana Yoga