Beberapa hari yang lalu saya mendapat pesan terusan WA dari teman akrab SMA. Pesan itu memberitahukan tentang keadaan kesehatan salah satu teman ex SMA 234 yang saat ini sedang meregang sakit karena melawan kangker. Beritanya adalah kangker tersebut sudah menjalar sampai hati dan paru-parunya. Sayapun jadi teringat dengan keadaan ibu. beliaupun 2 tahun yang lalu juga harus menjalani operasi pengangkatan payudaranya. dan melakukan kemo dan kemo yang berulang-ulang hingga merontokkan rambut putihnya.Nana nama teman saya ini,sekarang terbaring di salah satu RSD di Jogja sudah tidak mau lagi "di apa-apain lagi". Iapun pasrah siap melewati apa yang akan terjadi.
***************
Selama ini saya berusaha mencoba mengerti tentang paparan hidup kehidupan. mencoba pula memahami tentang realita kesadaran dengan iluminasi hayalan tentang kriteria ideal. hidup sebagai manusia adalah keterbelengguan jiwa yang bebas pada jasad yang fana.
Fana adalah keterbatasan akan sesuatu. jasad menua lalu mati berkubang tanah. Sakit,ketersisihan, kesedihan,ketidak pastian,ketergantungan,sebuah "bundling" yang tak bisa dipisahkan.
Dan manusia terbagi dalam dua jenis apabila di bedakan dari kesadaran berpikirnya ;yaitu orang yang awam dan orang yang berilmu dan berkesadaran.
...........Dados grêbanipun manusa punika namung wontên kalih warni, inggih punika: ngawam kalihan: kas. Nanging tiyang kas punika wontên ingkang sawêg maligi kas, wontên ingkang sampun kawas utawi kawasul kawas. Ingkang dipun wastani saya mindhak kawruhipun punika, saya waspada dhatêng jatining gêsangipun, ing ngriku saya wijang kalihan raganipun, saya bênggang kalihan raganipun, ngantos sampun botên mawi uwas-uwas malih panganggêpipun bilih:<Sêrat Andhaning Gêsang, 18-19 ,Prawiraatmaja,SOLO 1931 DRUKKERIJ & BOEKHANDEL "KALIMASADA">
....jadi jenisnya manusia itu hanya ada dua macam,yaitu :ngawam (awam) dan Kas(kawas dari kata kawaskita =berilmu). Akan tetapi orang kas ada yang baru menginjak Kas ada pula yang sudah Kawasul kawas. Yang sudah di katakan semakin bertambah pengetahuannya (Kawasul kawas )adalah, semakin memperhatikan terhadap kesejatian hidupnya, di situ semakin jelas dengan jasadnya.semakin berjauhan dengan tubuhnya,Sehingga sudah tidak ada rasa kawatir dalam pemikiran batin.ketika pribadi seseorang sudah bisa membedakan antara wadag dan ruh maka hal tersebut otomatis akan tercapai. raga adalah ketidak pastian ia tidak abadi.sebaliknya dengan ruh ,ia bersifat pasti juga abadi.tidak lekang dengan waktu jarak,tidak terjebak dalam bentuk juga kekakuan. berujud tanpa batas dalam harmoni.
raga iku dudu aku, aku iki dudu raga, sakèhing bêbaya iku mung bisa ngênani marang raga, ora bisa ngênani marang aku. Mila tiyang kas punika sabarang lampahipun, sampun sagêd angangge kaol sakèh, inggih punika gadhah kasantosaning sêdya. Purun anglajêngakên tindakipun, sanadyan manggih bêbaya ngantos dumugi ing pêjah dipun têmpuh. Awit ingkang pêjah muhung raganipun, pribadinipun langgêng gêsang waluya maha mulya tanpa kara-kara
<Sêrat Andhaning Gêsang, 19 Prawiraatmaja,SOLO 1931 DRUKKERIJ & BOEKHANDEL "KALIMASADA">
Raga itu bukan saya.Saya bukan raga,dari banyak bahaya itu hanya bisa mengenai raga, tetapi tidak dengan jiwa saya. Maka orang Kas itu disetiap langkahnya sudah dapat memakai "haul saheh",yaitu mempunyai kesentosaan keinginan. Mau meneruskan langkahnya, walaupun didepan bahaya.walaupun sampai matipun akan di lalui. Bagaimanapun yang mati adalah hanya raganya,ruhnya akan abadi terus hidup waluya maha mulya tanpa kara-kara.<Sêrat Andhaning Gêsang, 19 Prawiraatmaja,SOLO 1931 DRUKKERIJ & BOEKHANDEL "KALIMASADA">
Dalam pemikiran kesufian" Syeh lemah bang" tersirat di dalam suluknya,Suluk syeh siti jenar,bahwasanya sejatinya kehidupan kita dalam kehidupan kita sekarang adalah kematian. karena kemerdekaan kita terampas dengan terjebak dalam wadag .wadag yang terkungkung dalam keterbatasannnya. Kenyataan adanya surga dan neraka benar adanya. Ia hadir dalam keseharian kehidupan manusia didunia ini.
"Kematian ada dalam hidup, hidup ada dalam mati. Kematian adalah hidup selamanya yang tidak mati, kembali ke tujuan dan hidup langgeng selamanya, dalam hidup ini adalah ada surga dan neraka yang tidak dapat ditolak oleh manusia. Jika manusia masuk surga berarti ia senang, bila manusia bingung, kalut, risih, muak, dan menderita berarti ia masuk neraka. Maka kenikmatan mati tak dapat dihitung.
Hidup itu bersifat baru dan dilengkapi dengan panca indera. Panca indera ini merupakan barang pinjaman, yang jika sudah diminta oleh yang mempunyai, akan menjadi tanah dan membusuk, hancur lebur bersifat najis. Oleh karena itu panca indera tidak dapat dipakai sebagai pedoman hidup. Demikian pula budi, pikiran, angan-angan dan kesadaran, berasal dari panca indera, tidak dapat dipakai sebagai pegangan hidup. Akal dapat menjadi gila, sedih, bingung, lupa, tidur dan sering kali tidak jujur. Akal itu pula yang siang malam mengajak kita berbuat dengki, bahkan merusak kebahagiaan orang lain. Dengki juga akan menimbulkan kejahatan, kesombongan yang pada akhirnya membawa manusia ke dalam kenistaan dan menodai citranya. Kalau sudah sampai sedemikian parahnya manusia biasanya baru menyesali perbuatannya.
Apakah tidak tahu bahwa penampilan bentuk daging, urat, tulang, dan sumsum busa rusak dan bagaimana cara Anda memperbaikinya. Biarpun bersembahyang seribu kali setiap barinya akhirnya mati juga. Meskipun badan Anda, Anda tutupi akhirnya kena debu juga. Tetapi jika penampilan bentuknya seperti Tuhan, apakah para wali dapat membawa pulang dagingnya, saya rasa tidak dapat. Alam semesta ini adalah baru. Tuhan tidak akan membentuk dunia ini dua kali dan juga tidak akan membuat dunia ini dua kali dan juga tidak akan membuat tatanan baru.
Segala sesuatu yang terjadi di alam ini pada hakikatnya adalah perbuatan Allah. Berbagai hal yang dinilai baik maupun buruk pada hakikatnya adalah dari Allah juga. Jadi sangat salah besar bila ada yang menganggap bahwa yang baik itu dari Allah dan yang buruk adalah dari selain Allah. Oleh karena itu lafal allah harus dipahami dari dalam dan dari luar diri manusia. Misalnya saat manusia menggoreskan pensil, di situlah terjadi perpaduan dua kemampuan kodrati yang dipancarkan oleh Allah kepada makhluk-Nya, yaitu kemampuan gerak pensil. Tanah yang terlempar dari tangan seseorang itu adalah berdasar kemampuan kodrati gerak tangan seseorang, ”maksudnya bukanlah engkau yang melempar, melainkan allah yang melempar ketika engkau melempar.
Di dunia ini kita merupakan mayat-mayat yang cepat juga akan menjadi rusak dan bercampur tanah. Ketahuilah juga bahwa apa yang dinamakan kawulo-gusti tidak berkaitan dengan seorang manusia biasa seperti yang lain-lain. Kawulo dan Gusti itu sudah ada dalam diriku, siang dan malam tidak dapat memisahkan diriku dari mereka. Tetapi hanya untuk saat ini nama kawula-gusti itu belaku, yakni selama saya mati. Nanti kalau saya sudah hidup lagi, gusti dan kawulo lenyap, yang tinggal hanya hidupku sendiri, ketentraman langgeng dalam Anda sendiri. Bial kamu belum menyadari kata-kataku, maka dengan tepat dapat dikatakan bahwa kamu masih terbenam dalam masa kematian. Di sini memang terdapat banyak hihuran macam warna. Lebih banyak lagi hal-hal yang menimbulkan hawa nafsu. Tetapi kau tidak melihat, bahwa itu hanya akibat panca indera. Itu hanya impian yang sama sekali tidak mengandung kebenaran dan sebentar lagi akan cepat lenyap. Gilalah orng yang terikat padanya. Saya tidak merasa tertarik, tak sudi tersesat dalam kerajaan kematian, satu-satunya yang ku usahakan ualah kembali kepada kehidupan.
Bukan kehendak, angan-angan, bukan ingatan, pikir atau niat, hawa nafsupun bukan, bukan juga kekosongan atau kehampaan, penampilanku bagai mayat baru, andai menjadi gusti jasadku dapat busuk bercampur debu, napsu terhembus ke segala penjuru dunia, tanah, api, air kembali sebagai asalnya, yaitu kembali menjadi baru.<140 ajaran & pemikiran Syekh Siti Jenar,Ahmad Zacky Syafa,Penerbit Visi 7, 2007,ISBN 9791630305, 9789791630306>
Hidup itu bersifat baru dan dilengkapi dengan panca indera. Panca indera ini merupakan barang pinjaman, yang jika sudah diminta oleh yang mempunyai, akan menjadi tanah dan membusuk, hancur lebur bersifat najis. Oleh karena itu panca indera tidak dapat dipakai sebagai pedoman hidup. Demikian pula budi, pikiran, angan-angan dan kesadaran, berasal dari panca indera, tidak dapat dipakai sebagai pegangan hidup. Akal dapat menjadi gila, sedih, bingung, lupa, tidur dan sering kali tidak jujur. Akal itu pula yang siang malam mengajak kita berbuat dengki, bahkan merusak kebahagiaan orang lain. Dengki juga akan menimbulkan kejahatan, kesombongan yang pada akhirnya membawa manusia ke dalam kenistaan dan menodai citranya. Kalau sudah sampai sedemikian parahnya manusia biasanya baru menyesali perbuatannya.
Apakah tidak tahu bahwa penampilan bentuk daging, urat, tulang, dan sumsum busa rusak dan bagaimana cara Anda memperbaikinya. Biarpun bersembahyang seribu kali setiap barinya akhirnya mati juga. Meskipun badan Anda, Anda tutupi akhirnya kena debu juga. Tetapi jika penampilan bentuknya seperti Tuhan, apakah para wali dapat membawa pulang dagingnya, saya rasa tidak dapat. Alam semesta ini adalah baru. Tuhan tidak akan membentuk dunia ini dua kali dan juga tidak akan membuat dunia ini dua kali dan juga tidak akan membuat tatanan baru.
Segala sesuatu yang terjadi di alam ini pada hakikatnya adalah perbuatan Allah. Berbagai hal yang dinilai baik maupun buruk pada hakikatnya adalah dari Allah juga. Jadi sangat salah besar bila ada yang menganggap bahwa yang baik itu dari Allah dan yang buruk adalah dari selain Allah. Oleh karena itu lafal allah harus dipahami dari dalam dan dari luar diri manusia. Misalnya saat manusia menggoreskan pensil, di situlah terjadi perpaduan dua kemampuan kodrati yang dipancarkan oleh Allah kepada makhluk-Nya, yaitu kemampuan gerak pensil. Tanah yang terlempar dari tangan seseorang itu adalah berdasar kemampuan kodrati gerak tangan seseorang, ”maksudnya bukanlah engkau yang melempar, melainkan allah yang melempar ketika engkau melempar.
Di dunia ini kita merupakan mayat-mayat yang cepat juga akan menjadi rusak dan bercampur tanah. Ketahuilah juga bahwa apa yang dinamakan kawulo-gusti tidak berkaitan dengan seorang manusia biasa seperti yang lain-lain. Kawulo dan Gusti itu sudah ada dalam diriku, siang dan malam tidak dapat memisahkan diriku dari mereka. Tetapi hanya untuk saat ini nama kawula-gusti itu belaku, yakni selama saya mati. Nanti kalau saya sudah hidup lagi, gusti dan kawulo lenyap, yang tinggal hanya hidupku sendiri, ketentraman langgeng dalam Anda sendiri. Bial kamu belum menyadari kata-kataku, maka dengan tepat dapat dikatakan bahwa kamu masih terbenam dalam masa kematian. Di sini memang terdapat banyak hihuran macam warna. Lebih banyak lagi hal-hal yang menimbulkan hawa nafsu. Tetapi kau tidak melihat, bahwa itu hanya akibat panca indera. Itu hanya impian yang sama sekali tidak mengandung kebenaran dan sebentar lagi akan cepat lenyap. Gilalah orng yang terikat padanya. Saya tidak merasa tertarik, tak sudi tersesat dalam kerajaan kematian, satu-satunya yang ku usahakan ualah kembali kepada kehidupan.
Bukan kehendak, angan-angan, bukan ingatan, pikir atau niat, hawa nafsupun bukan, bukan juga kekosongan atau kehampaan, penampilanku bagai mayat baru, andai menjadi gusti jasadku dapat busuk bercampur debu, napsu terhembus ke segala penjuru dunia, tanah, api, air kembali sebagai asalnya, yaitu kembali menjadi baru.<140 ajaran & pemikiran Syekh Siti Jenar,Ahmad Zacky Syafa,Penerbit Visi 7, 2007,ISBN 9791630305, 9789791630306>
Syekh Siti Jenar lahir sekitar tahun 829 H/1348 C/1426 M . keberadaannya sebenarnya dikaburkan oleh sejarah masa lalu. pengkaburan sejarah ini berkaaitan dengan politik masa lalu.politik pada masanya, dimana pada saat itu beliau dianggap sebagai penyebar agama islam yang sesat. keberadaannya dianggap sebagai batu kerikil pelebaran kekuasaan kerajaan demak bintoro. Yang pada saat itu didukung oleh wali songo. penggunaan penyebaran agama islam sebagai salah satu cara untuk memperlemah kekuasaan kerajaan Majapahit. Terlepas dari kontroversi itu, ajaran syeh siti jenar adalah bentuk kemerdekaan cara berpikirnya.
Dalam sebuah naskah klasik ketoprak asal usul syeh siti jenar adalah dari orang biasa,kawula alit,lokal yang berkesadaran berpikir berbeda dari orang kebanyakan,
“Wondene kacariyos yen Lemahbang punika asal saking cacing, punika den, sajatosipun inggih pancen manungsa darah alit kemawon, griya ing dhusun Lemahbang.” [Adapun diceritakan kalau Lemahbang (Syekh Siti Jenar) itu berasal dari cacing, itu salah. Sebenarnya ia memang manusia berdarah kecil saja (rakyat jelata), bertempat tinggal di desa Lemah Abang]….<serat Candhakipun Riwayat jati ; Alih aksara; Perpustakaan Daerah Propinsi Jawa Tengah, 2002, hlm. 1>.
Saya tidak mau terkukung dalam polemik asal-usul tersebut.Karl marx menyebutkan bahwa manusia adalah pembuat sejarah. dalam artian manusia harus merubah sejarahnya sendiri.Walaupun dalanm proses ini sering terhambat dalam determinan-determinan tertentu.
Men make their own history, but they do not make just as they please, they do not make it under circumstances chosen by themselves, but under circumstances directly encountered, given and transmitted from the past.<"The Eighteent Brumaire of Louis Bonaparte", Karl Marx,Selected Work" vol 1.op.cit.p 247>
Manusia membuat sejarahnya sendiri, akan tetapi daya kemauannya tidak merdeka, manusia tidak hidup dalam suatu keadaan yang mereka dapat memilih, melainkan hidup dalam keadaan masyarakat yang ditemuinya, yakni keadaan-keadaan yang diwarisi dari masa lalu.
Kemudian angan saya teringat ketika "syeh siti jenar " dengan merdekanya membebaskan ruhnya terbebas dari belenggu wadagnya menuju alam keabadian. Disaksikan oleh para wali songo di Masjid Demak. Kemudian diikuti oleh para murid-murid terkasih syeh lemah bang itu.
Warnanen kang lagya layar, Seh Siti Jenar amusthi , nutup nupus napas-napas ,panggulungnya rahsa muksis , ngukut munggeng dimagi , gyan kayad kayun munpakun ,pecat yayah cancala , pleng pulastha Jeng Sitibrit , wus tan kena kinira kacakrabawa.
Tetep pratelaning Kuran,hidajakka ajalidin,layatah kiru sangatan,tegese rapal puniki,tatkala prapteng pati,tan darbe karsa samenut,mengkono kodrattollah,kang muktasbilla alatin,tan ketara Ijrail angambil nyawa.<Pupuh VII, sinom ,1-2,Suluk Syeh Siti Jenar>
sebenarnya kehidupan dan ajal ini adalah hak setiap manusia. Ia berhak menentukan akan menjalani ataupun mengakhiri. Hanya bagi sebagian kita masih belum tahu bagaimaana menuju tirta maya. Seperti mereka yang telah lama menyandang sakit raga.Dan ingin segera mengakhirinya...
dalam koridor perenungan agama maka ini tentulah dianggap salah. Dan salah atau benar bukan kita yang boleh menilainya. Karena Akal Okol akan berbeda dengan Rasa..
Lalu terdengar keras di kuping saya terikan keras William Wallace dalam film "bravehearth": "FREEDOOMM" sebelum kapak algojo itu memisahkan kepalanya.......
*************
Saya baca lagi pesan WA itu :
"Mas minta doanya...Kangker sudah menjalar sampai hati dan paru-paru.Mbak nana sudah tidak mau diapa-apain lagi. Mbak Nana sudah putus asa. mas. Semoga mbak Nana diberikan yang terbaik..."
Kehilangan adalah kepedihan. Berbahagialah engkau, wahai musafir papa, yang tidak memiliki apa-apa maka tidak akan pernah kehilangan apa-apa......(syeh siti jenar, 829 H/1348 C/1426 M )
eko rahmawan.11.2014