gayo |
Gayo, itu nama kopi yang ditengguk satu persatu, sore itu. Rokok djarum
super merah manisnya mencairkan pahit getirnya kopi hitam itu. Gula kelapa dua
sendok kecil diaduk pelan perlahan. Irama guratannya memberikan makna pada
cangkir kecil bergambar bunga melati.mulut cangkir yang mungil menganga
telanjang tanpa tutup. membiarkan uap kopi
meliuk pelan moksa hilang berbaur asap sebatang rokok filter tergeletak
sembarangan. Hujan lagi. Angin memainkan percik percik air tampias hujan.
Kecipak-kecipak itu mengingatkan aku pada birahi katak-katak sawah dihamparan
sawah padi yang barusan di tanami.Siluet gunung penanggungan biasnya tertutup
gegap gempita hujan.
Kabarnya para buruh meneriakkan slogan naik gaji dengan pentungan dan
bendera. Teriakan mereka darah tangisnya anak istri tercinta.kabarnya semua
naik. Listrik naik. Nasi naik.dikolong kolong lipatan perut itu ada pertanyaan
apa ada hati nurani disini?
Lalu jaguar berkulit polos hitam mengkilap, membawakan debu debu dikulit
hitam legam para kuli jalanan. Matahari panas nya memaki maki. Derap pacul itu
degapnya membahana. Jantung hidup terus dipompa.kapal tangannya mengeras,
mengeras menjadi godam dalam kepalan tangan. Kapan sampai? Sampai kapan? Harapannya
akan datang si ratu adil. Menjauh jauh dibawa jaguar polos hitam.
Lihat disitu bunga berduri si putri malu.diguncang bunganya dengan taarian
para tawon gula.kala susu mahal air tajin juga gula adalah solusi nya. Toh bayi
itu tetap mau menetek pada pentil susu artifisial. Gemulai lenggang
lenggok jaipongan mengisi kotak telivisi. Gembiranya bertalu-talu
gendang menyapu. Ilusinya hari ini
adalah hari ini segera bergulir kembali.
Ehm Gayo .kopi yang aku seduh pelan-pelan. …kapan berubah jadi sirup ke manisan?
erahmawan 1 mei 2014