Hercules and the Wagoner
A CARTER was driving a wagon along a country lane, when the wheels sank down deep into a rut. The rustic driver, stupefied and aghast, stood looking at the wagon, and did nothing but utter loud cries to Hercules to come and help him. Hercules, it is said, appeared and thus addressed him: "Put your shoulders to the wheels, my man. Goad on your bullocks, and never more pray to me for help, until you have done your best to help yourself, or depend upon it you will henceforth pray in vain."
Seorang Bajingan (sebutan tukang
gerobak dalam bahasa jawa) mengendarai gerobaknya dijalan desa,
ketika roda gerobaknya terperosok di lubang jalan yang dalam. Si
bajingan itu hanya diam, terlongo-longo, berdiri melihat gerobak nya
yang terperosok. Si bajingan itu meratapi keadaannya ,menangis
dengan keras memohon kepada dewa Hercules agar ia datang dan
menolongnya.
Singkat cerita dewa Hercules muncul dan
menghampirinya.Ia berkata pada si bajingan itu :
”Letakkan bahumu di roda
itu,temanku. Hela sapimu, dan jangan sampai engkau berdoa padaku
untuk meminta bantuan,sebelum engkau melakukan yang terbaik untuk
menolong dirimu sendiri, kalau engkau masih mengandal doamu mulai
dari saat ini DOAMU SIA_SIA.”
Cerita pendek ini
di tulis oleh seorang penyair Yunani ,Aesop. Ia telahir sebagai
seorang budak di tahun 620 sebelum Masehi.Karena ketekunan dan
kegigihan Aesop dalam belajar ilmu pengetahuan, ia pun di merdekan
oleh majikannya.Dalam sejarah Aesop disejajarkan dengan Homer penyair
terkenal Yunani.Kekuatan dari ketekunan berasal dari Advertisi atau
daya tahan selalu diinspirasi dari harapan,dibumbui kesukaan sehingga
mengkristal menjadi determinasi (tekad ) kuat untuk mewujudkan impian
atau cita-cita.
Dalam salah satu
bait sastra lama Jawa tertulis begini :
Manguwuh peksi manyura
sawung kluruk amelungi
wancine wus gagat enjang
ayo rowang amurwani
netepi syariat lima
manembah Hyang Maha Suci
mrih yuwana kang pinanggih
ing donya tumikeng akhir
(Tembang Sawung Kluruk, pupuh
gancaran, pada 1)
Terjemahan :
Suara kicau burung merak
jago berkokok bersahutan
saat telah menjelang fajar
mari teman memulai
menjalankan syariat lima
menyembah Yang Maha Suci
biar dapat keselamatan
di dunia sampai akhir.
Pesan yang tersirat dari pupuh diatas, adalah semangat menjalani
hidup dalam keseharian orang jawa. Dimulai dengan bangun pagi . Pagi
hari udara masih bersih dan segar. Dalam proses menjaga kesehatan.
Orang yang bangun pagi teratur, tentu cara kerjanya juga lebih
tertib.
Permulaan kerja yang tertib akan mempengaruhi kualitas hasilnya.
Berbeda dengan orang yang terlambat bangun, segalanya akan dikerjakan
dengan tergesa-gesa. Tubuh yang tidak harmonis gerakannya akan
gampang terserang penyakit, karena gerak-geriknya tidak teratur.
Ah yaya..slompret...pagi itu kami bersemangat sekali,karena akan
mengexplor gunung penanggungan,
gunung
yang termasuk jenis Stratovolcano
ini terletak di 7,615°LS
112,62°BT , berada di dua kabupaten, yaitu Kabupaten
Mojokerto dan Kabupaten
Pasuruan, Jawa
Timur, berjarak kurang lebih 25 km dari Surabaya.
Gunung Penanggungan berada pada satu kluster dengan Gunung
Arjuno dan Gunung
Welirang. , Bentuk gunung berapi mati ini khas curam di puncak
dan landai di kaki nya. Sehingga gunung ini terlihat seperti tumpeng
nasi kabuli dan kuning yang pernah kami makan di Pesanggrahan indro
kilo dahulu....
Gunung
Penanggungan (ketinggian 1.653 meter
di atas permukaan laut) merupakan sebuah gunung
yang terdapat di Pulau
Jawa, Indonesia.
Gunung ini dikenal memiliki nilai sejarah tinggi karena di sekujur
lerengnya ditemui berbagai peninggalan purbakala, baik candi,
pertapaan, maupun petirtaan dari periode Hindu-Buddha di Jawa Timur.
Di masa itu ia dikenal sebagai Gunung
Pawitra.
Sekilas saya teringat lagi cerita fabel Aesop, Sibajingan yang berdoa
pada dewanya hercules, hari ini saya pun berdoa sekeras-kerasnya pada
Tuhan Yang Maha Esa, dan saya memohon.. “Tuhan jangan Hujan
dulu,nggih, Saya dan kawan-kawan saya mau touring, mumpung saya ada
waktu libur..” Tolong jaga kami selama dalam perjalanan ini,juga
sesudahnya hingga kami semuanya kembali ke rumah ,dan orang tercinta
kami..” dan saya nggak peduli,doa daya akan sia-sia
atau diterima.eh oh ya.. SEMUA ADA DITANGAN MU GUSTI...
PANDAAN,JULI
2013@ UNTUK JURNAL KECIL RAWONT