Jumat, 12 Juli 2013

antara herkules dan bajingan

 

Hercules and the Wagoner

A CARTER was driving a wagon along a country lane, when the wheels sank down deep into a rut. The rustic driver, stupefied and aghast, stood looking at the wagon, and did nothing but utter loud cries to Hercules to come and help him. Hercules, it is said, appeared and thus addressed him: "Put your shoulders to the wheels, my man. Goad on your bullocks, and never more pray to me for help, until you have done your best to help yourself, or depend upon it you will henceforth pray in vain."

Seorang Bajingan (sebutan tukang gerobak dalam bahasa jawa) mengendarai gerobaknya dijalan desa, ketika roda gerobaknya terperosok di lubang jalan yang dalam. Si bajingan itu hanya diam, terlongo-longo, berdiri melihat gerobak nya yang terperosok. Si bajingan itu meratapi keadaannya ,menangis dengan keras memohon kepada dewa Hercules agar ia datang dan menolongnya.
Singkat cerita dewa Hercules muncul dan menghampirinya.Ia berkata pada si bajingan itu :
Letakkan bahumu di roda itu,temanku. Hela sapimu, dan jangan sampai engkau berdoa padaku untuk meminta bantuan,sebelum engkau melakukan yang terbaik untuk menolong dirimu sendiri, kalau engkau masih mengandal doamu mulai dari saat ini DOAMU SIA_SIA.”

Cerita pendek ini di tulis oleh seorang penyair Yunani ,Aesop. Ia telahir sebagai seorang budak di tahun 620 sebelum Masehi.Karena ketekunan dan kegigihan Aesop dalam belajar ilmu pengetahuan, ia pun di merdekan oleh majikannya.Dalam sejarah Aesop disejajarkan dengan Homer penyair terkenal Yunani.Kekuatan dari ketekunan berasal dari Advertisi atau daya tahan selalu diinspirasi dari harapan,dibumbui kesukaan sehingga mengkristal menjadi determinasi (tekad ) kuat untuk mewujudkan impian atau cita-cita.

Dalam salah satu bait sastra lama Jawa tertulis begini :

Manguwuh peksi manyura
sawung kluruk amelungi
wancine wus gagat enjang
ayo rowang amurwani
netepi syariat lima
manembah Hyang Maha Suci
mrih yuwana kang pinanggih
ing donya tumikeng akhir

(Tembang Sawung Kluruk, pupuh gancaran, pada 1)

Terjemahan :
Suara kicau burung merak
jago berkokok bersahutan
saat telah menjelang fajar
mari teman memulai
menjalankan syariat lima
menyembah Yang Maha Suci
biar dapat keselamatan
di dunia sampai akhir.

Pesan yang tersirat dari pupuh diatas, adalah semangat menjalani hidup dalam keseharian orang jawa. Dimulai dengan bangun pagi . Pagi hari udara masih bersih dan segar. Dalam proses menjaga kesehatan. Orang yang bangun pagi teratur, tentu cara kerjanya juga lebih tertib.
Permulaan kerja yang tertib akan mempengaruhi kualitas hasilnya. Berbeda dengan orang yang terlambat bangun, segalanya akan dikerjakan dengan tergesa-gesa. Tubuh yang tidak harmonis gerakannya akan gampang terserang penyakit, karena gerak-geriknya tidak teratur.

Ah yaya..slompret...pagi itu kami bersemangat sekali,karena akan mengexplor gunung penanggungan,
gunung yang termasuk jenis Stratovolcano ini terletak di 7,615°LS 112,62°BT , berada di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, berjarak kurang lebih 25 km dari Surabaya. Gunung Penanggungan berada pada satu kluster dengan Gunung Arjuno dan Gunung Welirang. , Bentuk gunung berapi mati ini khas curam di puncak dan landai di kaki nya. Sehingga gunung ini terlihat seperti tumpeng nasi kabuli dan kuning yang pernah kami makan di Pesanggrahan indro kilo dahulu....
Gunung Penanggungan (ketinggian 1.653 meter di atas permukaan laut) merupakan sebuah gunung yang terdapat di Pulau Jawa, Indonesia. Gunung ini dikenal memiliki nilai sejarah tinggi karena di sekujur lerengnya ditemui berbagai peninggalan purbakala, baik candi, pertapaan, maupun petirtaan dari periode Hindu-Buddha di Jawa Timur. Di masa itu ia dikenal sebagai Gunung Pawitra.

Sekilas saya teringat lagi cerita fabel Aesop, Sibajingan yang berdoa pada dewanya hercules, hari ini saya pun berdoa sekeras-kerasnya pada Tuhan Yang Maha Esa, dan saya memohon.. “Tuhan jangan Hujan dulu,nggih, Saya dan kawan-kawan saya mau touring, mumpung saya ada waktu libur..” Tolong jaga kami selama dalam perjalanan ini,juga sesudahnya hingga kami semuanya kembali ke rumah ,dan orang tercinta kami..” dan saya nggak peduli,doa daya akan sia-sia atau diterima.eh oh ya.. SEMUA ADA DITANGAN MU GUSTI...

PANDAAN,JULI 2013@ UNTUK JURNAL KECIL RAWONT