\
Hari ini yang aku baui di setiap jalanan adalah aroma kembang kopi mekar. Angin dingin dan sekitar desirnya membirukan ujung jemariku disetiap hentakan gas sepeda motor yang di hela. tiba ditikungan itu. Aroma kembang kopi yang semerbak mengambang di udara malam, mengingatkan aku pada cerita-cerita orang-orang desa tentang dunia orang bajang, dan para peri.Bulu kudukku meremang. peka menangkap sense itu.
Kembang kopi harumnya menghantui aku.laksana parfum dewi dewi dari kayangan ,ia melekat tak putus-putus.jalanan menurun berkelok tanpa lampu penerangan jalan.makin tak kentara ketika kabut tebal menyelimutinya. Jarak pandang yang semeter dua, membuat kecepatan sepeda motorku seperti pedati kelebihan beban.
gelap sekali! apa ada pemadaman listrik? semua gelap seperti dalam gua. ,tatkala tanpa sengaja ban depan masuk dalam lubang aspal.BRAKK begitu kerasnya sehingga speda oleng kekiri keluar dari aspal....
berhenti sejenak untuk memeriksa,dari cahaya led ponsel ku tahu bahwa ban depan kempes! kemana harus aku mencari tukang tambal ban di jam segini.ditengah jalannan gelap gulita?berhenti sebentar mengamati medan sekitar. Kulihat di langit tak ada satupun bintang yang muncul.langit tertutup kabut tebal.kanan kiri adalah hutan kopi dan pinus.
Tak mau berlama disitu sepeda aku tuntun, mesin dan lampu yang menyala membantu aku menulusuri jalan landai ini. Gas yang kadang aku geramkan dengan keras membantu aku untuk menerangi alam sekitar. tujuanku kali ini adalah menemukan satu rumah untuk meminjam pompa angin tangan,atau syukur ada tukang tambal ban.
Napas ku terengah-engah.keringat mengalir deras.kalo pas begini , ketika napas satu-satu , batuk terbata-bata hingga badanku terguncang-guncang keras , baru aku menyatakan kapok untuk tidak merokok lagi. Dan baru aku berjanji pada diriku sendiri untuk berhenti merokok.
dalam kesendirian di malam buta seperti ini. seperti orang kerdil yang melalui hutan belantara gelap gulita. dimasa mudaku yang sok romantis,dulu ya dulu pernah aku mengalami hal yang lebih buruk dari ini. untuk membelikan bunga cressent putih .akupun memilih untuk tidak mengisi bensin si pitung untuk serangkum bunga cressent putih. Dari tugu mbluyah rejo hingga ring road Jombor aku dorong si pitung. Ya seperti malam ini.
Di tengah perjalanan Aku memutuskan untuk berbalik arah ke MMTC.di belakang gedung itu tinggal teman SMA. karena ingin mempersingkat jalan aku putuskan untuk menyeberangi jalan ringroad yang lebar dan berbatas bahu jalan di tengahnya.Keputusan untuk melakukan ini sebenarnya sangat berbahaya . Tetapi berdasarkan pertimbangan hari sudah larut pasti akan sepi tidak akan ada kendaraan lewat. Dan perkiraan tersebut salah! dari arah kanan ku truk tangki pengangkut bahan bakar melaju sangat kencang. bahkan tidak mengurangi kecepatannya sama sekali. Aku yang berada tepat ditengah bahu jalan kebingungan. Secara reflek aku angkat si pitung melewati bahu jalan. TEEEEENNNNNNNN begitu keras klakson angin truk litu. tersentak keras aku.
Pemandangan yang aku lihat adalah si pitung sudah ada di seberang jalan melewati bahu jalan. bahu jalan setinggi 35 cm itu! dalam keadaaan yang masih kebingungan karena kejutan tak terduga itu, aku mencoba mengumpulkan serpihan ingatan satu per satu. Yang kuingat beberapa detik sebelum truk tangki itu menyambar si pitung ,dengan dua tanganku aku mengangkat motor keluaran tahun 80 puluh akhir itu begitu mudahnya.seperti mengangkat sebuah sepeda onthel saJa.
Dan malam itu aku tuntun BMW (bebek merah warnanya) sambil meyusuri pinggiran ringroad dengan pikiran bertanya-tanya kok bisa ya? dari langit yang cerah malam itu bintang-bintang berkelip dengan gembiranya. Bintang pun jatuh tepat didepanku berwarna biru.suara desingannya terdengar dengan keras.menyambar pohon beringin didepanku hingga daunan nya memercikkan pijar api kuning kemerahan seperti mercon air mancur. (masih berlanjut)