Rabu, 22 Februari 2012

kita tetap eksis bersama kemiskinan kita



SULUK PERMULAAN SEBUAH CERITA
Beberapa malam yang lalu saya mengajak anak2 saya, pergi nonton wayang kulit...walau mereka sudah ngantuk, mereka antusias sekali untuk mengetahui ..apa wayang kulit itu..
Diantara para hadirat yang datang hanya saya yang datang membawa anak2...yang masih kecil-kecil LAGI...saya sempat bingung karena semua yang hadir..orang2 setengahnya tua..tidak ada anak kecil..tidak ada remaja..semuanya sudah tua dan setengah tua...
KETIKA REBAB DI GESEK SUARA TANGISAN TERDENGAR
berbeda sekali dengan keadaan ketika waktu masa kecil saya..ketika ada wayang kulit ;tua muda, gadis ,janda ,duda."tumplek blek" berbaur melihat dengan antusias ,seperti anak-anak saya...ha ha saya tertawa ,itulah kebudayaan kita mulai dilupakan satu persatu...ketika yang setengah tua dan yang tua mati...siapa yang akan nonton  atau nguri-uri budaya kita lagi? MISSING LINK...pas waktunya diklaim negeri tetangga..kita muring-muring..murka..tidak karuan(seperti saya)..
.
KEBEBASAN DALAM BERPARTISIPASI ...ANDA PUN BOLEH IKUT...
KENONG....DARI BAHAN PERUNGGU
lihatlah para pengrawit itu..surjannya sudah lusuh..hitam mangkak ,seperti jeans belel saya..blangkonnya "luwuk"sdh peyok sana sini...SEMUA ITU harus dimaklumi..mereka mencoba untuk tetap eksis dengan keadaan seperti itu..ada ungkapan yang cukup menggugah hati saya..ungkapan itu muncul dari teman saya yang 
 sedang mabuk(mabuk keadaan )
PARA SINDEN
"KITA TETAP EKSIS BERSAMA KEMISKINAN KITA(baca:Keadaan kita)...dan BIARKAN MEREKA TETAP EKSIS DENGAN KEKAYAAN MEREKA...WHAT A HELL!TOH KEKAYAAN MEREKA TIDAK AKAN MEMPENGARUHI EKSISTENSI KITA !"
PENGENALAN BUDAYA
...kami waktu itu bersama-sama menghadiri SARESEHAN BATIK..kami diundang oleh ibu Eva..beliau seorang praktisi batik,pecinta batik,dan merupakan salah seorang pembatik yang  mencoba eksis..ditengah ketidak berdayaannya (baca :keadaannya)...itulah yang saya salut dari beliau...mereka masih tetap survive dengan membatiknya...diantara lingkungan yang tidak berkultur batik ...pasuruan yang kita tahu bukan kota batik..tidak seperti pekalongan ,solo,atau jogjakarta...tetapi ternyata disudut kawasan industrinya pasuruan masih mempunyai satu titik lokasi sebagai  tempat pelestarian budaya batik...

MELIHAT LANGSUNG DARI DEKAT
GORO-GORO BUKAN GOROH GOROH

malam itu kami berenam datang ke CHANDRA WILWATIKA...yang dijaman keemasannya adalah panggung terbuka yang mengadakan pertunjukan seni tari ramayana,  layaknya yang ada di candi prambanan jogja...memasuki panggung terbuka itu kami dibimbing dengan cahaya kecil dari lilin-lilin yang diletakkan di sisi jalan menuju panggung...di kejauhan sudah berkumpul  belasan muda-mudi yang  peduli akan BATIK negeri ini..duduk berjajar diterangi temaram lampu lilin dan renyah tawa mereka pecah bersama jajan yang tersuguh di depan mereka..kedatangan kami disambut hangat..syal batik dikalungkan....singkat cerita..malam berlalu dengan cepat..tengah malam semua terpekur berdoa dengan pengharapan masing2 untuk batik dan budaya nusantara ..dijam nolkami berdoa dipimpin oleh mas Very putra ibu Eva...mematrikan semangat memulai dari tik nol bersatu padu padan membantu jayanya batik negeri ini...satu akad telah dimulai..akad tidak hanya dibibir..tapi juga disanubari...dini hari itu kami menulis bersama2 di  kain mori ...tulisan itu janji kita pada negeri budaya ini...
"KITA TETAP EKSIS BERSAMA KEMISKINAN KITA...dan BIARKAN MEREKA TETAP EKSIS DENGAN KEKAYAAN MEREKA...WHAT A HELL!TOH KEKAYAAN MEREKA TIDAK AKAN MEMPENGARUHI EKSISTENSI KITA !"kata2 itu terus bersemayam dalam sanubari saya hingga saat ini..saya makin makin mantab dengan EKSISTENSI(baca: Keadaaan)yang harus saya jalani...ketidak berdayaan (jangan dibaca :Kemiskinan) tidak akan menyurutkan keinginan saya untuk tetap eksis(bacalah bertahan )...kebahagiaan tidak selalu tergambar seperti  di senetron2 tivi...malam itu ketika kami tertawa lepas di chandra wilwatika..cak TOAT..nylethuk ringan..."WE..PAK EKO SUDAH KETEMU SURGANE..NYATANE ISO NGGUYU TANPO METU DUWET ..."(indonesianya : wah pak eko sudah ketemu dengan surganya..kenyataannya bisa tertawa lepas tanpa mengeluarkan uang sepeser pun..)...kami semua tertawa lepas dan saya pun menjawab : "SURGAKU NUNUT MAS SURO DHEMIT"(Surga saya ngikut mas suro dhemit)...dan pagi itu kami pulang bersama karena sudah tidak tahan lagi mendengar desisan dan keluhan cak TOAT yang SAKIT GIGI!....@PANDAAN OLEH RAWONT