Sabtu, 22 Juni 2013

renungan untuk hati ,yang bebal dan keras kepala.



renungan untuk hati  ,yang bebal dan keras kepala..semoga mengalir seperti air,tumpah ruah selalu menampung segara hikmah...

oleh : Gede Prama

Setiap orang yang kita temui adalah Tuhan. Jika kita melihat seseorang yang murah senyum atau dermawan, itu adalah sosok Tuhan Yang Maha Pemurah. Jika kita melihat seorang Ibu yang memarahi anaknya karena mencuri, itu adalah sosok Tuhan Yang Marah akan keburukan umat-Nya. Tatkala kita bertemu dengan pencuri atau seseorang yang menyakiti kita, itu berarti Tuhan memperingatkan kita bahwa perbuatan tersebut tidak baik.




Bila masih ada orang yang bisa membuat kita bahagia/menderita, itu tandanya saklar kebahagiaan dipegang orang lain. Seorang master memegang saklarnya sendiri.
Kebahagiaan adalah apa yang terjadi di dalam diri ketika membuat orang lain bahagia.
Penderitaan dan cacian orang ternyata sejenis vitamin jiwa yang membuatnya jadi menyala. 
Bagi orang kebanyakan luka itu mematikan. Hanya bagi manusia mengagumkan luka itu mempersehat jiwa.



Tidak ada kupu-kupu yang bisa terbang hanya bermodalkan sayap semata. Ia membutuhkan persahabatan dengan alam dan kehidupan.

Penyakit tidak hanya datang dari makanan atau minuman, fakta menyebutkan sebagian besar penyakit timbul akibat pikiran yang negatif. Hanya dengan berpikir positif, menyayangi sesama, alam, dan mahluk hidup lainnya, sesungguhnya membuat kita bahagia.

Sebuas, segagah2nya harimau, tapi ia tidak bisa hidup tanpa hutan. Hutan meneduhi, memberikan kehidupan, memberikan semua yang hutan miliki untuk dia. Hutan bisa hidup tanpa harimau, tapi harimau tidak bisa hidup tanpa hutan. Seperti Presiden dan rakyatnya. Presiden tidak akan bisa hidup jika tidak ada rakyat. Namun, rakyat bisa hidup tanpa presiden.

Jika ada orang yang mencaci kita, menyakiti kita, itulah saatnya melunasi hutang kita. Seandainya kita melawan, maka kita hanya akan menumpuk hutang kita. Hanya dengan kesabaran, maka hutang kita lunas. Seandainya kita tidak bisa berbuat baik, setidaknya kita tidak menyakiti. Tatkala kita meninggal nanti, maka kita akan meninggal dengan damai dan tersenyum tanpa dihantui rasa takut karena hutang kita sudah lunas.

Jika kita tidak bisa menjadi guru di lingkungan masing-masing, setidak-tidaknya menjadi guru di keluarga sendiri. Inilah cahaya kecil yang bisa kita wariskan saat kita meninggal. Kita memang tidak mungkin pada masa ini mendapatkan cahaya besar. Namun jika cahaya-cahaya kecil itu banyak, akan terang juga. Lilin itu bercahaya kecil, tetapi jika 2 miliar batang akan menerangi semesta.
Kesedihan dan kebahagiaan adalah permainan bagi jiwa yang sedang bertumbuh jadi dewasa. Bagi jiwa yang sudah dewasa tahu kalau keduanya bersifat sama: tidak pasti, datang dan pergi.

Bagi setiap jiwa yang telah bertumbuh jauh, mulai sadar baik kebahagiaan maupun kesedihan memiliki akar yang sama: keinginan.



Arjuna bisa melihat Tuhan 2 kali dalam hidupnya karena ia polos, memiliki hati, pikiran, dan perbuatan yang baik, tidak seperti saudaranya yang pandai berkelahi dan ada juga saudaranya yang pandai dalam berjudi. Di antara mereka, hanya Arjuna yang bisa melihat Tuhan, bahkan sampai 2 kali.

Sungai mengalir dengan lentur ke tujuan akhirnya yaitu laut. Kembali ke atas menjadi awan, menuju gunung, dan kembali lagi menjadi sungai, begitu seterusnya. Dengan kelenturan dan keikhlasan, sungai bisa melalui halangan yang ada di setiap perjalanannya.

Sudah menjadi catatan manusia bahwa laut lebih luas dari daratan. Namun letaknya paling rendah. Menerima segala yang datang dari atas, sungai maupun daratan. Laut mengajarkan kita untuk rendah hati, meskipun kita memiliki segalanya. Bukankah dengan rendah hati, kita akan menerima hidup apa adanya?

Ketika marah, benci, dendam berhasil diolah menjadi cahaya-cahaya menerangi, bukankah kita tidak lagi perlu mewariskan kebencian pada generasi-generasi berikutnya?

Dengan merenovasi rumah di dalam diri, muncul kebijaksanaan, dengan kebijaksanaan kita ikhlas terhadap apa yang terjadi sehingga seakan kita tidak takut dengan apa yang akan terjadi. Bukankah dengan keikhlasan, kita menerima tangan-tangan Yang Maha Kuasa bekerja, tanpa dihantui rasa takut.

Orang2 yg sabar adalah orang2 yg telah menemukan obat yang telah lama hilang, yaitu obat dharma.
Keagungan dan kesempurnaan juga bisa ditemukan di puncak gunung yang ada di dalam diri.

Dalam kebahagiaan, batin sebenarnya tidak sepenuhnya tenang-seimbang. Ada kekhawatiran kalau kebahagiaan mungkin bisa digantikan kesedihan.
Manusia yang multiparadigma lah yang akan mampu menjawab tantangan masa depan.

Jangan hanya memandang/menilai/membenci kekurangan orang lain. Kita pasti punya sisi kekurangan dalam diri. Tidak ada manusia yg sempurna. Belajar menerima kakurangan orang lain, berarti sudah menumbuhkan benih2 kedamaian.

Rumput tumbuh mewarnai bumi ini. Hidupnya selalu dinjak-injak, dipotong, dicabut, namun ia tetap menerima hidup apa adanya. Hatinya selalu jernih, seperti air jernih menyehatkan jiwa dan raga. Bukankah dengan menerima hidup apa adanya, kita akan memasuki wilayah2x kejernihan?

Suka-duka, tangisan-senyuman, sukses-gagal, hanyalah aliran lehidupan yang datang dengan pesannya masing-masing.


Bagi pejalan kaki ke dalam diri, tidak saja cahaya terang yang membimbing, bahkan kegelapan pun hanya simbol kedalaman.


Dalam kebebasan dari dualitas, cinta tidak punya hantu masa lalu dan setan masa depan, yang ada hanya masa kini yang abadi.

Ketika kita belajar bersabar dan mendengar, kita tidak saja sedang membuat orang lain bahagia, kita juga sedang membuka lapisan-lapisan diri ini yang lebih mulia.

Begitu hidup ini berputar bagaikan roda dan kita berpengaruh oleh putaran tersebut (susah, senang, bahagia, sedih, kesengsaraan, dan lain-lain). Tatkala kia berada pada sisi roda seakan-akan kita menjauh dari titik pusat. Barang siapa yang bisa mencapai titik pusat, maka orang tersebut tidak terpengaruh oleh putaran te…rsebut akan selalu menerima hidup apa adanya.
Ikhlas bisa berarti berhenti berusaha mengerti. Dan tetap aman, nyaman bahkan ketika tidak tahu.

Banyak saudara-saudara kita beribadah ke tempat-tempat suci yang jaraknya begitu jauh. Tidak ada yang melarang. Tapi apakah saudara sudah membangun ibadah di dalam diri?
Lentur mengikuti aliran air. Ke laut bukan menjadi tujuan, justru perjalanan itu sendirilah tujuannya.
Tidak ada yang namanya kebetulan. Semua telah, sedang, dan akan berjalan sempurna.
Menyangkut alam yang sejuk kita menyukai kealamian, namun menyangkut diri banyak yang membenci kealamian.
Surga bukan tempat, ia hasil dari serangkaian sikap.
Derita bukan kutukan, ia cara sang jiwa mengetuk hati manusia.
Seperti petapa yang bisa merubah besi menjadi emas, kasih sayang bisa merubah penderitaan menjadi keagungan. Memancarkan kasih sayang ketika bahagia, semua orang bisa. Namun berbagi kebahagiaan ketika dicaci, hanya manusia mengagumkan yang bisa melaksanakannya.