Senin, 16 April 2012

YOUR WHITE COFFEE NEVER ARRIVE!

black coffee

I PREFER BLACK COFFEE,BITTER AND DARK,BECAUSE YOUR WHITE COFFEE NEVER ARRIVE!,


Jika di tahun 1616 ,Pieter van der Broecke tidak mencuri biji kopi dari bangsawan Arab di Mocha, Yaman,tidaklah mungkin saya disini meneguk kopi hitam,yang minggu lalu ditemukan teronggok didalam tahi luwak,dibawah pohon kopi Arabica belakang rumah "Kang Dwi "teman saya di desa Tempursari,Lumajang. Sebuah desa  sejuk dan  selalu berkabut, yang di kelilingi bukit-bukit kecil Perkebunan kopi rakyat.

Ketika sang kabut masih malu-malu,sembunyi diantara dahan pohon kopi robusta yang berbunga putih kecil seharum  bunga melati...Secangkir kopi hitam tanpa gula ada dalam gengamaman saya,Cangkir putih itu serasa berasap,asapnya meliuk-meliuk menciptakan imaji tentang gadis cantik Arab yang sedang menari gemulai dibalut kain transparan...NGELANTUR !Memang dingin selalu menuntun kearah pemenuhan nafsu lubang yang kesembilan,apalagi ini adalah pagi hari,Wajarlah bagi lelaki produktif seperti saya untuk...hehehe

Saya duduk di beranda,di sebuah kursi beludru merah memudar...desa yang sepi gumam saya,mereka menanam kopi turun temurun sejak bertahun-tahun yang lalu sejak jaman penjajahan Belanda. Selain kopi mereka juga menanam cengkeh,ketika harga cengkeh masih berjaya dulu mereka mengganti tanaman kopi dengan cengkeh.setelah harga cengkeh jatuh ,mereka telah kehilangan tanaman kopi mereka,padahal butuh waktu 5-8 tahun bagi tanaman kopi untuk berbuah secara produktif..akhirnya mereka menanam pisang !

Sedari tadi saya duduk,saya tidak melihat seorang gadis remaja atau wanita setengah baya...yang ada hanya Kakek-kakek, bapak-bapak,atau cewek yang sudah tua dan nenek-nenek...hmmm sebuah desa yang gersang! Iseng saya bertanya pada pak Prapto ayah teman saya,kemana perginya para gadis-gadis ? Pak Prapto menjawab :
 "Pados yotro ageng,dados TKW teng malesya,taewan,hongkong utawi saudi "yang jika saya artikan dalam bahasa indonesia : "MENCARI UANG BESAR,MENJADI TKW DI MALESYA,TAIWAN,HONGKONG ATAU SAUDI".

Saya teguk kopi hitam itu perlahan,tapi tetap saja suara "GLUk" keluar dari kerongkongan...Komoditas kopi dalam perdagangan internasional berada di peringkat ke dua setelah minyak bumi.Di belahan bumi ini,lebih dari 50 negara ditumbuhi oleh tanaman kopi,namun hanya 30 negara yang memproduksi 5.000.000 ton biji kopi tiap tahunnya.termasuk indonesia .Dari data ICO (Intenational Coffe Organization) th 2009/10 saya tidak melihat indonesia  tertulis sebagai pengeksport kopi dunia,malah vietnam berkontribusi mengespor 2% biji kopi.  dari Posisi teratas adalah Burundi 59%,Ethiopia 33%, setelah itu Rwanda 27%.

Dalam sejarah perkopian nama JAVA selalu disebut-sebut...Setelah Pieter van der Broecke membiakkan biji  "Coffea Arabica" curiannya di Amsterdam Botanical Garden,Kemudian di kebunkan pertama kali di  Ceylon (srilanka) pada tahun 1658. hingga sampai ke Jawa ,yang waktu itu merupakan Koloni Netherlands ,Jawa menjadi pemasok utama kopi  Eropa bersama dengan Suriname.Begitu terkenalnya kopi Jawa hingga ada ungkapan dari Robert A. Heinlein(Glory Road) :"Coffee comes in five descending stages: Coffee, Java, Jamoke, Joe, and Carbon Remover".... terlepas ungkapan bernada satir atau ironi,yang jelas nama kopi Jawa sudah ada di hati  penggemar kopi internasional sejak jaman bahula, namun jikalau melihat kondisi petani kopi Jawa ini saya mengelus dada.

Kebun kopi mereka bukan melulu kebun kopi,karena tuntutan perut kebun mereka buat "tumpang sari",sistem ini membuat kopi tidak berbuah maksimal,tetapi bagaimana lagi ini berkaitan dengan  ekonomi jangka pendek mereka.Oh ya...hal ini pula menjadi penyebab banyak wanita disini terobsessi menjadi TKW.Untuk modal  mendapatkan "uang besar "mereka rela menjual tanah-tanah mereka pada cukong-cukong kota dengan harga yang murah.
one lovely morning in lumajang


Matahari mulai tinggi,Orang-orang memasak dengan tungku kayu,asapnya menghiasi udara sehingga menciptakan "GOD LIGHT" yang berpendaran diantara daunan kebun mereka.Biji kopi di sangrai dalam wajan-wajan besi berisi pasir Semeru,membuat desa ini kental dengan aroma "black coffee" seperti yang ada di cangkir saya....getir dan gelap.
 
Jangan pernah berharap menemukan "white coffee" disini...kopi itu adanya hanya di kota-kota besar, penuh sesak,tempat memarkirkan mimpi,diantara galeri-galeri mal,relung-relung lampu hias dan jalanan bulevard. Disini yang akan engkau temui,gesekan daunan,semilir sunyi,sehingga nafas juga degup jatungmu pun terdengar dan cahaya memudar bersama  bohlam 5 watt-an,yang sudah dimatikan sejak subuh tadi...

Sayapun menikmati tegukan terakhir kopi hitam ini.ehm rasanya masih seperti dahulu getir dan pahit...white coffee  yang tak datang- datang..tak harus kan saya untuk tidak meminum secangkir kopi dipagi hari...dan seperti biasanya setelah minum kopi, selalu ada hasrat untuk segera lari ke kamar mandi....lalu sayapun berkata pada kakak saya : "DAB PANYU MBINYINY...NYEHILID LIBIL SALEG PINYI..."(KAK, AKU DAHULU YA,SUDAH TIDAK TAHAN NIH...)
@RAWONT IN ONE LOVELY MORNING.... ;p